AKTIVITAS – Aktivitas pengendara saat melintas di Jalan Cenderawasih pada Jumat (19/5). (FOTO : ELISA/TimeX)

TIMIKA, TimeX

Meskipun curah hujan dimusim pancaroba di Mimika, Papua Tengah terpantau sedang hingga lebat, kondisi yang terjadi saat ini belum dapat disebut sebagai cuaca ekstrim.

Kendati demikian, Willy, Prakirawan pada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Mozes Kilangin Timika, menyebut intensitas curah hujan belakangan ini karena Mimika memasuki musim pancaroba.

“Namun, curah hujan Mimika sudah disebut ekstrim di Indonesia, tetapi karena minimnya dampak seperti banjir, dan longsor, maka itu dianggap hal biasa di Mimika,” terang Willy.

Dikatakannya, zona musim di Indonesia ada tiga,yaitu monsun, equatorial dan local.

Di Mimika masuk zona local dan berlawanan dengan monsun, dimana puncak curah hujan terjadi di Bulan Desember, dan awal tahun di Bulan Januari dan Februari, sedangkan zona local, biasanya curah hujan tinggi terjadi  di Bulan Juni, Juli hingga Agustus,” jelas Willy kepada Timika eXpress di ruang kerjanya, Jumat (19/5).

Menurut dia, melihat kondisi bulan hujan zona local yang seharusnya terjadi di Bulan Juni, maka fenomena yang terjadi saat ini di Mimika adalah musim pancaroba.

“Biasanya ketika musim pancaroba mulai muncul, atau memasuki musim hujan dengan durasi waktu lama, sedangkan intensitasnya bisa sedang hingga lebat atau sedang saja, itu (tanda) mau masuk musim penghujan,” jelasnya.

Willy, Prakirawan BMKG Mimika (FOTO: YOSEF/TIMEX)

Hanya saja, lanjut Willy, ketika Mimika memasuki musim penghujan, maka intensitas hujan akan menurun. Memang ada hujan karena musim penghujan, tapi tidak selama yang terjadi sejak Kamis malam hingga Jumat petang kemarin.

Pasalnya, puncak curah hujan di Mimika baru terjadi pada Juli mendatang, dimana saat itulah durasi hujan sama seperti musim pancaroba.

“Awal Juni itu musim hujan, nanti puncaknya Bulan Juli, nanti Agustus mulai turun. Jadi kalau hujan belakangan ini setiap malam sampai subuh, itu karena musim peralihan,” terangnya.

Disebutkan ciri-ciri musim pancaroba cenderung tidak ada petir meskipun ada awan comulunimbus (CB) yang terbentuk.

“Bisa saja ada (petir) tetapi tidak banyak, seperti yang saya bilang kita kan berlawanan dengan musim monsun, nah di Januari harusnya kering, disitu malah petirnya banyak sekali, padahal di Mimika tetap hujan, itu karena Mimika masuk zona non zone, yaitu zona keempat di Indonesia, artinya Mimika bisa masuk ketiga zona karena di Mimika saat musim panas pun turun hujan,” demikian Willy.

Sementara Aji Supraptaji, Forecaster BMKG Mimika menambahkan, intensitas curah hujan yang terjadi belakangan ini karena tekanan rendah di timur laut Papua Nugini.

“Curah hujan yang terjadi sejak Kamis petang (18/5) hingga Jumat kemarin karena ada gangguan di timur laut Papua Nugini. Karena sistem tekanan yang rendah menyebabkan adanya belokan angin di wilayah Papua Tengah yang berdampak signifikan terhadap pertumbuhan awan Comulunimbus (CB) pembawa hujan,” paparnya.

Kondisi ini terjadi karena adanya pertumbuhan awan CB yang terbentuk dari pertemuan angin plus ada gunung dari barat sampai timur sebagai mesin pembentukan cuaca.

“Sedangkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di Mimika biasanya terjadi pada sore dan malam hari,” sebutnya.

Dengan tingginya curah hujan, ia mengimbau masyarakat untuk membersihkan saluran air (drainase) agar tidak tersumbat saat turun hujan, sekaligus mencegah banjir.

“Termasuk pangkas dahan maupun ranting pepohonan yang sudah rapuh agar tidak tumbang dengan sendirinya bila terjadi angin kencang,” pesannya.

Ia menambahkan, khusus perairan Agats dan Amamapare, tinggi gelombang laut masuk kategori lagi tinggi, yaitu 1.25 sampai 2.50 meter. (acm/kay)