Berita TimikaHUKRIMPENKES

Sejumlah Orang Tua Demo Damai di SMAN 1

DEMO – Para orang tua saat menggelar aksi demo di depan sekolah SMAN 1, Selasa (9/7). (FOTO: INDRI/TIMEX)

TIMIKAEXPRESS.id – Sejumlah orang tua murid melakukan aksi demo damai di depan SMAN 1 Mimika, pada Selasa (9/7).

Hal ini dilakukan lantaran banyak anak yang tidak diterima oleh Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) padahal tempat tinggalnya masuk dalam zonasi.

Mateus Mamo, Kepala  SMAN 1 kepada Timika eXpress, Selasa kemarin membenarkan adanya aksi demo damai tersebut. Yang mana aksi para orang tua itu dilakukan karena anak mereka tidak diterima oleh panitia PPDB.

“Mereka (orang tua,red) berdemo didepan sekolah, meminta agar anak-anak mereka diakomodir di SMAN 1. Padahal kami telah mengirim mereka ke sekolah lain seperti SMAN 7, SMKN 1, SMAN 6, SMAN 4 dan SMKN 3 sehingga semua anak dapat terakomodir,” ujarnya saat berada di ruang kerjanya, Senin kemarin.

Kata Mamo, ada 1.121 anak yang mendaftar sebagai murid baru, namun hanya 519 anak yang bisa diakomodir di SMAN 1.

Meski awalnya sekolah hanya ingin menerima 320 siswa saja, namun karena ada pertimbangan lain sehingga jumlah tersebut dinaikkan.

“Panitia PPDB merekrut siswa baru berdasarkan jalur zonasi, prestasi dan afirmasi, sehingga siswa yang tidak diterima adalah mereka yang tinggalnya diluar dari zonasi yang sudah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan,” ujarnya.

Namun ada pengecualian bagi siswa dari dua suku besar Amungme Kamoro. Ada keistimewaan bagi mereka yang tinggal di wilayah Poumako hingga Kwamki Narama.

“Mereka (anak Amungme Kamoro,red), tidak usah khawatir karena kami akan akomodir. Dan bagi orang tua yang anaknya tidak diterima  di SMAN 1 jangan takut, mereka sudah diakomodir dibeberapa sekolah negeri. Secara kualitas, sekolah negeri semuanya sudah dikategorikan sekolah unggul, tidak ada perbedaan, karena tugas dari guru adalah menjadikan anak itu prestasi,” jelasnya.

Sementara itu, Max Werluken, Koordinator Demo mengaku ibah melihat orang tua menangis karena anak-anak mereka tidak diterima padahal tinggal dibelakang SMAN 1.

“Mereka ini tinggal di Nawaripi tapi tidak diterima. Saya kasihan dengan mereka yang pekerjaannya hanya buruh cuci. Kalau anak mereka disekolahkan jauh, pastinya akan berat di tranportasi. Itu yang membuat kami demo. Karena kami melihat ada anak-anak yang tinggal diluar zonasi sekolah justru diterima. Jangan karena orang tua mereka berduit jadi bisa boleh berbuat seenaknya,” tegas Max. (ela)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button