Papua Berpotensi Ditemukan Jenis Anggrek Baru
DISKUSI-Tangkapan layar Reza Saputra, Pengendali Ekosistem Hutan di Balai Besar KSDA Papua Barat dalam diskusi yang diadakan KLHK diikuti daring dari Jakarta, Jumat (17/5/2024). (FOTO: ANTARA/Prisca Triferna)
JAKARTA,TIMIKAEXPRESS.id – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan terdapat potensi untuk menemukan lebih banyak spesies anggrek di Indonesia, terutama di Pulau Papua, karena masih banyak wilayah yang belum terjamah eksplorasi.
“Anggrek adalah famili dengan diversitas tertinggi di Indonesia, ada lebih dari 3.820 spesies dan highgest diversity-nya paling tinggi ada di Kalimantan dan Papua. Tapi kemungkinan di Kalimantan akan terbalap karena di Papua belum banyak yang tergali,” kata Reza Saputra, Pengendali Ekosistem Hutan di Balai Besar KSDA Papua Barat dalam diskusi yang diadakan KLHK diikuti daring dari Jakarta, Jumat.
Pria yang menjadi spesialis dalam bidang konservasi jenis anggrek itu, mengatakan bahwa dibandingkan Papua Nugini, Indonesia memiliki jumlah koleksi anggrek lebih sedikit dibandingkan negara tetangga yang juga berada di Pulau Papua tersebut.
Sampai dengan Mei 2024, katanya, terdapat 2.893 spesies anggrek liar di Pulau Papua dengan 30 spesies hibrida. Sebanyak 2.501 spesies anggrek itu endemik atau hanya ditemukan di wilayah tersebut atau 86,47 persen dari total jenis anggrek yang diketahui saat ini.
“Diperkirakan terdapat lebih dari 3.000 jenis anggrek di Pulau Papua,” ujar Reza saat diskusi yang diadakan dalam rangka Pekan Keanekaragaman Hayati 2024 itu.
Ia mengatakan telah melakukan eksplorasi anggrek di 27 titik dalam periode 2016-2024 dengan beberapa lokasi belum dapat didatangi karena berada di zona merah. Dari eksplorasi itu telah ditemukan lima anggrek baru dan yang sudah terpublikasi.
Terdapat pula lebih dari 16 catatan baru dan 20 spesies penemuan kembali dari eksplorasi di Papua, salah satunya jenis didymoplexis torricellensis yang baru ditemukan kembali setelah 114 tahun.
Selain itu, terdapat total 23 spesies yang diduga baru hasil eksplorasi 2022-2024 yang dilakukan bersama dengan pihak lain, termasuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Papua Barat, Universitas Papua, dan RBG Kew.
“Jenis-jenis baru ini sudah kita laporkan ke Pak Dirjen (KSDAE Satyawan Pudyatmoko) dan kita ikut arahan rencana kita akan menamakan untuk masyarakat lokal atau dengan kearifan lokal di sana,” ucapnya.(ant)