Maximus Tipagau Lepasliarkan Labi-labi yang Ditangkap Warga
LEPASLIARKAN – Maximus Tipagau, Direktur Yayasan Somatua saat melepasliarkan labi-labi moncong babi ke sungai pada Senin petang di Keakwa, Distrik Mimika Tengah. (FOTO: MAURITS/TIMEX)
KEAKWA,TimeX
Sebagai wujud peduli terhadap habitat dan satwa dilindungi, Maximus Tipagau, Direktur Yayasan Somatua sukses melepasliarkan seekor labi-labi (kura-kura) moncong babi yang ditangkap seorang warga Kampung Keakwa, Distrik Mimika Tengah.
Labi-labi tersebut dilepasliarkan di dermaga darurat di lokasi industri rumah sagu di Keakwa pada Senin (22/5) lalu.
Aksi ini dilakukan Maximus sang Gladiator Papua atas situasional yang ditemui saat berkunjung ke pabrik sagu yang didirikan sejak Tahun 2014 lalu oleh LPMAK (Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro) kini YPMAK (Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme Kamoro), dan kini dikelola oleh Yayasan Somatua didukung pihak mitra lainya termasuk YPMAK dan PT Freeport Indonesia.
Waktu itu, setibanya di rumah sagu, Maximus Tipagau dan rombongan disambut beberapa warga, termasuk Herman Mumukere, warga RT 01, Kampung Baru Keakwa yang diketahui menangkap labi-labi moncong babi sebelum akhirnya dilepasliarkan.
Sesaat setelahnya, Herman mengajak Maximus untuk melihat labi-labi hasil pancingannya dari kali di sekitar rumah sagu tersebut.
“Teteruga (labi-labi) ini kena mata kail di tangan saat saya pancing di kali dekat sini Hari Minggu (21/5),” tutur Herman sembari menunjuk ke lokasi dimana satwa yang dilindungi itu ditangkap.
Melihat labi-labi yang telah dikarungkan dan akan dibawa Herman ke rumahnya untuk dikonsumsi, sontak Maximus sejenak tercengang.
Ia kemudian menawarkan kepada Herman agar labi-labi tersebut dilepasliatkan.
Saat itu juga Maximus memberikan edukasi kepada Heman dan istrinya, Ny. Wihelmina Natipia dengan mengatakan bahwa labi-labi ini satwa yang dilindungi oleh pemerintah karena habitatnya mulai berkurang.
“Bapa Herman dengan mama Natipia bisakah kasih lepas sajà, kasihan, apalagi labi-labi ini sudah dua hari tidak dikasih makan. Saya lepas ya?” pinta Maximus.
Permintaan Maximus kemudian dituruti Herman, sementara istrinya, Wihelmina beranjak diam dan duduk di pinggir dermaga sembari menangis.
Maximus didampingi Awen Magai, Ketua KNPI Mimika pun langsung mengangkat labi-labi menuju bibir dermaga.
Sebelum melepasliarkannya (labi-labi), Maximus kembali menenangkan mama Natipia yang sedang menangis sedih karena tidak jadi memasak labi-labi hasil tangkapan suaminya itu.
“Mama jangan sedih ya, saya ganti labi-labi dengan uang biar mama pakai beli kebutuhan lain,” pintanya lagi.
Setelah memberi sejumlah uang kepada mama Natipia, mama Natipia pun terdiam dan kembali menyuruh Maximus untuk segera melepasliarkan labi-labi seberat kurang lebih 40 kilogram tersebut.
“Anak kasih lepas ke sungai sudah,” kata mama Natipia dengan senyum.
Sebelum melepasnya, Maximus menggayung air kali dan memandikan labi-labi, dan secara perlahan labi-labi menuju bibir dermaga dan berenang ke tengah kali.
Setelah itu, Maximus kembali menyampaikan terima kasih kepada Herman dan istrinya.
Ia pun berpesan, ke depan nanti bila menemukan atau menangkat labi-labi saat mancing, baiknya dilepas karena ini satwa yang dilindungi.
“Lebih baik makan ikan, udang, kepiting dan lainnya, jangan satwa yang dilindungi,” pesan Maximus sekaligus mengedukasi masyarakat setempat. (vis)