Ecoprint, Era Mode Ramah Lingkungan Diperkenalkan Dinas Kehutanan Papua
MEMAMERKAN – Sinta Pasinggi, staf UPTD Dinas Kehutahan bersama rekannya memamerkan produk ecoprint di stand pameran peringatan Hari Lingkungan Hidup di pelataran Graha Eme Neme Yauware, Jumat (16/6). (FOTO: Indri/TIMEX)
TIMIKA,TimeX
Kini produk berbahan dasar alam kian diminati, bahan-bahan sintesis yang merugikan alam perlahan-lahan ditinggalkan.
Produk ecofriendly ini merambah ke berbagai sektor, termasuk fesyen.
Tak ayal, ecoprint kian mewarnai dunia mode Indonesia yang ramah lingkungan, kini pun mulai diperkenalkan pihak Dinas Kehutanan Provinsi Papua melalui UPTD di Mimika pada pameran Hari Lingkungan Hidup di pelataran Graha Eme Neme Yauware, Jumat (16/6).
Sinta Pasinggi, staf UPTD Dinas Kehutahan Kabupaten Mimika, mengatakan aneka produk kerajinan ecoprint, salah satunya batik yang dihasilkan dengan menggunakan pewarna alami dari tanin atau zat warna daun, akar atau batang yang diletakan pada sehelai kain, kemudian direbus, kini banyak diminati berbagai kalangan.
“Memang ada beberapa teknik yang kami gunakan, baik rebus maupun pukul, agar mendapatkan pola, meski tidak semua bahan alami (daun) bisa digunakan untuk produk ecoprint. Kami manfaatkan daun jati, daun pakis juga daun babu, namun kalau daun babu tidak menghasilkan warna melainkan hanya pola,” ujar Sinta.
Sinta mengastakan, ia mewakili Dinas Kehutanan dalam pameran lingkungan hidup, semata ingin memperkenalkan kerajinan lokal ke tengah-tengah masyarakat, dengan harapan masyarakat bisa mengenal dan mencintai produk dalam negeri dengan kualitas unggul dan ramah lingkungan.
“Melalui pameran yang sangat efektif untuk mempromosikan produk-produk ecoprint, kami hadirkan syal dari kain sutra, dan botol air panas dengan pola daun. Kalau setelah pameran ini, warga yang berminat atau ingin beli produk ecoprint bisa kunjungi outlet kami di Kantor UPTD di Jalan Yos Sudarso, juga di SP 11 Timika,” terangnya.
Ia menyebutkan, untuk harga produk ecoprint yang ditawarkan bervariasi, ini juga tergantung dari bahan pembuatannya.
Ia mencontohkan, pada perhelatan Pekan Olaraga Nasional (PON) XX Papua 2021 lalu, harga jual kain sutra yang sudah diecoprint mencapai Rp 500 ribu, tapi kini harganya murah, yaitu Rp 150 ribu. (ela)