Petani Keluhkan Murahnya Harga Jual Sawi
MENCANGKUL – Sarno, salah satu petani sedang mencangkul di lahan miliknya di Kampung Nawaripi. (FOTO: Indri/TIMEX)
TIMIKA,TIMIKAEXPRESS.id – Melimpahnya hasil pertanian di Timika terkadang tidak berbuah manis bagi para petani.
Bagaimana tidak, harga jual sayur-mayur dari petani kadang naik turun.
Jika harganya baik atau mahal, maka para petani senang, karena dapat untung banyak.
Namun saat harganya anjlok, maka petani susah, karena hasil pertaniannya tidak laku.
Kondisi ini dialami petani sawi. Saat ini sayur sawi yang ditanam petani di Mimika dihargai murah oleh tengkulak.
Jika dijual sendiri ke pasar pun juga masih murah, yakni cuma dihargai Rp7.000 per kilogram.
Kondisi ini tentu membuat bapak Sarno, salah satu petani di Kampung Nawaripi, Timika, Papua Tengah mengeluh.
Saking murahnya harga sawi ini lantas membuatnya malas menjual sawi miliknya ke pasar.
Ditemui Timika eXpress di Nawaripi, Kamis (22/6), Sarno mengaku kendala yang masih dihadapi petani hingga kini adalah soal pemasaran.
Situasi ini menguntungkan para tengkulak lantas terjadinya permainan harga.
“Di pasar harga sayur-mayur dijual Rp 5 ribu perikat, tapi kalau kami jual ditengkulak sekilo hanya Rp 7000, itu bisa lima ikat sayur kalau dijual kembali,” bebernya.
Seperti halnya dengan harga jual cabai, diambil dengan harga murah dari petani lokal, kemudian para tengkulak jual dengan harga tinggi dengan alasan pasokan cabai dari luar kota di pasaran melimpah.
“Kami harap pemerintah lebih memperhatikan petani local. Kami mau menjual sendiri dengan jumlah yang banyak tetapi tidak mungkin bisa saja sayuran busuk, jadi pemerintah harus bisa batasi pasokan sayur-mayur dari luar Timika, ini kalau mau berdayakan petani lokal,” tegasnya. (ela)