Berita TimikaPENKES

Masyarakat Harus Bangun Empati Terhadap ODGJ

FOTO BERSAMA – Hendritte Tandiyono, Asisten III Setda Mimika, didampingi Nurman Karupukora, Anggota DPRD Mimika, Herlina Suebu, Ketua Sagu Jiwa, Merlyn Temorubun perwakilan Dinas Sosial, Richard Nelson Wakum Kepala Distrik Wania, dan perwakilan Dinas Kesehatan saat foto bersama di Balai Kelurahan Wonosari Jaya pada Jumat (7/7). (FOTO : ELISA/TimeX)

TIMIKA, TIMIKAEXPRESS.id – Komunitas Sadar Gangguan Jiwa (Sagu Jiwa) Kabupaten Mimika, Papua Tengah menggelar penyuluhan terkait peran masyarakat dalam penanganan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) kepada masyarakat di Distrik Wania.

Kegiatan ini mengusung tema ‘peran masyarakat dalam penanganan orang dengan gangguan kejiwaan’.

Hadir dalam acara itu, Hendritte Tandiyono, Asisten III Setda Mimika, Nurman S Karupukora, Anggota DPRD Mimika, Herlina Suebu Ketua Sagu Jiwa, Merlyn Temorubun perwakilan Dinas Sosial, dan perwakilan Dinas Kesehatan, Richard Nelson Wakum, Kepala Distrik Wania serta masyarakat setempat.

Kegiatan dilaksanakan di Balai Kelurahan Wonosari Jaya pada Jumat (7/7).

Herlina Suebu, Ketua Sagu Jiwa mengatakan, komunitas Sagu Jiwa telah melakukan penyuluhan tentang peran masyarakat terhadap orang dengan gangguan kejiwaan di beberap tempat di Mimika. Dan kali ini di Distrik Wania.

Penyuluhan ini dilaksanakan dengan tujuan memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana peduli terhadap orang dengan gangguan kejiwaan.

“Karena orang dengan gangguan kejiwaan ini bukan hanya tanggungjawab pemerintah, tetapi kita sebagai masyarakat pun punya tanggungjawab,

untuk memberikan kenyamanan, dan perhatian,” katanya.

Ia mencontohkan, ketika ada tetangga yang mengalamai gangguan jiwa sudah pasti dia mengganggu kita. Agar tidak terganggu, tentunya kita perlu menolongnya, salah satunya dengan menghubungi bagian kesehatan, menyampaikan informasi menangani adanya ODGJ.

Lanjut dia, sebagai Komunitas Sagu Jiwa ia berharap ke depan ada Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Timika.

Katanya, untuk mempersiapkan RSJ itu pastinya butuh waktu dan dana yang cukup besar dan mungkin saja sulit. Sehingga untuk jangka pendek, kalau bisa, Dinas Kesehatan setiap bulan mendatangkan psikiater di Timika untuk melakukan pemeriksaan terhadap orang dengan gangguan kejiwaan dan dinas juga harus menyiapkan tempat penampungan ODGJ sehingga dokter bisa ke Timika dan bukan lagi pasien yang dikirim ke Jayapura.

Richard Nelson Wakum, Kepala Distrik Wania mengatakan, melihat bahwa teman-teman dari Dinas Sosial, Komunitas Sagu Jiwa ini juga menangani ODGJ yang ada di Mimika. Tentunya masyarakat memiliki peran dan tugas bagi ODGJ.

“Semoga dengan pertemuan ini menjadi acuan bagi kami untuk kami melangkah ke depan untuk menangani hal-hal yang akan kita bicarakan bersama-sama ini,” katanya.

Sementara itu Nurman Karupukaro, Anggota DPRD Mimika dalam sambutannya mengatakan, Mimika dengan APBD yang begitu besar Rp5,1 triliun, kalau tambah dengan perubahan bisa Rp7 triliun. Kendati Mimik memiliki banyak uang namun kenyataannya banyak pula ODGJ.

Kedepannya ia berharap Komunitas Sagu Jiwa ini dapat memberikan edukasi terkait peran masyarakat saat melakukan penanganan ODGJ yang berada di lingkungan masing-masing.

Sementara itu Hendritte Tandiyono, Asisten III Setda Mimika saat membacakan sambutan Plt Bupati Mimika mengatakan, terjadinya modernisasi dan globalisasi tak pelak menjadikan cepatnya perubahan dan kemajuan teknologi baru.

Sayangnya di tengah perkembangan yang pesat, ternyata tidak semua orang sanggup menghadapinya hingga memicu munculnya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa.

“Untuk itu, pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas perlu dikembangkan dengan memberdayakan dan melibatkan masyarakat demi mempertahankan manusia sehat secara fisik dan mental,” katanya.

Kesehatan jiwa masyarakat atau yang disebut community mental health merupakan suatu hal yang telah menjadi bagian masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi sebagian besar negara.

Dari data WHO mental health atlas menunjukkan bahwa permasalahan besar di wilayah negara berkembang adalah sumber daya manusia.

“Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung, namun akan membuat penderitanya menjadi tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan sekitar,” katanya.

“Sehat adalah dambaan semua orang dimana sehat merupakan keadaan yang meliputi sehat fisik, sehat jiwa dan sehat sosial. Sehat fisik yaitu memiliki badan yang sehat dan bugar, sementara sehat sosial yaitu mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain,” ucapnya.

Adapun sehat jiwa adalah perasaan senang dan bahagia dengan keadaan hidup sehari-hari, dapat menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri, melakukan kegiatan yang bermanfaat. serta aktif menyumbangkan tenaga pikiran dan kepedulian kepada keluarga dan masyarakat sekitar.

Hendritte mengatakan, masyarakat memiliki fungsi paling penting dalam alur ini, ODGJ memiliki hak dan kewajiban yang sama di masyarakat, sehingga peranan mereka harus didukung dengan adanya regulasi dan pendekatan yang nyata, tidak hanya teori saja.

Penting untuk mengetahui gejala-gejala gangguan jiwa, penanganan dan konsep pengelolaan kesehatan jiwa bagi seluruh elemen masyarakat.

“Masyarakat harus berupaya untuk membangun dan membangkitkan rasa empati serta simpati kepada ODGJ, sebagai langkah nyata untuk bagaimana mereka bisa diterima penuh oleh masyarakat, katanya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perawat jiwa mempunyai peran penting karena mereka merupakan sumber daya kesehatan vital dalam upaya meningkatkan mutu kesehatan jiwa masyarakat, kesehatan jiwa oleh sebagian masyarakat masih menjadi hal yang tabu.

Istilah miring yang sebagian masih umum menempel di telinga masyarakat menjadi halangan berat bagi kehidupan ODGJ, ditambah lagi pandangan warga bahkan orang-orang terdekat tentang kondisi yang bersangkutan, menambah semakin berat beban yang dipikul oleh mereka.

Hendritte mengakui bawah, kondisi inilah yang membuat ODGJ semakin tersisi di masyarkat, padahal mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk hidup bersosialisasi bahkan berorganisasi.

“Hanya memang penanganan yang tepat dan pendampingan secara intens oleh keluarga dan masyarakat itulah yang dibutuhkan,” katanya.

Kegiatan sagu jiwa ini disponsori oleh RSUD Mimika, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Nurman Karupukaro Anggota DPRD Kabupaten Mimika, Nurman Ditubun, Kepala Kampung Nawaripi, Ricard Wakum, Telkomsel, Muh Ikbal Kepala Kelurahan Wonosari Jaya. (kay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button