Harga Daging Babi Meroket, Diperkirakan Lebih Mahal Saat Natal
DAGING – Penjualan daging babi di Pasar Baru Timika (FOTO: INDRI/TIMEX)
TIMIKAEXPRESS.id – Harga daging babi saat ini di pasaran meroket.
Para pedagang mematok harga hingga Rp150 ribu per kilo gramnya, dari sebelumnya hanya sekitar Rp100 ribu.
Hal ini sebagai akibat dari langkanya ternak babi di Timika, pasca merebaknya African Swine Fever (ASF), yang menyebabkan sebagain besar ternak babi mati.
Saat ini warga yang awalnya berprofesi sebagai peternak babi kini trauma dengan kejadian tersebut, alhasil banyak yang tidak lagi beternak.
Tidak hanya itu, peternakpun kesulitan dalam memperoleh bibit.
Jika hendak membeli anakan babi harganya juga tidak terjangkau.
Pasalnya untuk usia sapih babi (anakan), kini harganya mencapai Rp4 juta hingga Rp 5 juta, yang sebelumnya hanya Rp1 juta hingga Rp1,5 juta.
Sementara untuk babi dewasa juga demikian, dari harga sekitar Rp 5 juta kini bisa mencapai Rp 10 juta per ekor.
Karena sulitnya mendapat babi, para pedagang terpaksa menaikkan harga daging babi.
“Sekarang harnya Rp150 ribu. kalau natal nanti harganya bisa lebih mahal,” ungkap Yunus Sampe Kondorura salah satu pedagang daging babi di Pasar Sental, saat ditemui Timika eXpres, Selasa (5/11/2024)
Kesulitan lain yang doihadapi pedagang adalah, pedagang harus membawa ternak babi yang akan dipotong, untuk dikarantina di tempat pemotongan, guna memastikan ternak tersebut sehat dan layak potong.
Hal ini dilakukan untuk megantisipasi kemungkin masih adanya virus ASF.
“Sekarang babi susah,” katanya lagi.
Kondisi ini, cukup mempengarhui pendapatan para pedagang, yang biasanya sehari bisa terjual hingga 15 ekor, kini 1 ekorpun sulit.
“Sekitar 80-90 persen pendapatan kita turun. Sekarang jangankan 15 ekor, 1 ekor bisa laku saja, kami sudah bersyukur sekali,” ungkap Yunus.
Sama halnya yang disampaikan Markus Nempa. pasalnya, jika sampai saat ini penjual babi di Timika sisa 16 orang yang tadinya bisa sampai 50.
“Peternak babi sudah susah di Timika, mereka trauma mau piara babi, masih takut virus ASF, kita yang mau piara saja sekarang bibit babi sudah tidak ada kalau pun ada 1 bibit babi Rp 4 juta, kita rugi juga kalau piara baru kena virus. Yang jualan daging babi juga sudah sedikit, 16 orang ini yang kita daftar di rumah pemotongan babi, jadi kita jualannya bergantian,” pungkasnya. (eno)