Berita Timika

Cuaca di Timika Dipengaruhi Angin dari Benua Australia

JELASKAN – Dwi Christanto saat menjelaskan penyebab angin kencang di Mimika, Kamis (25/5) (FOTO : ELISA/TimeX)

TIMIKA, TimeX

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Timika mencatat, dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, cuaca di Timika dipengaruhi angin dari wilayah tenggara atau dari daratan Benua Australia.

Angin dari Benua Australia atau biasanya disebabkan siklon tropis  itu berpotensi merusak karena memiliki kekuatan yang besar dengan radius rata-rata mencapai 150 hingga 200 km.

Dimana siklon tropis terbentuk di atas luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, yakni lebih dari 26.5 derajat.

Dwi Christanto, Forecaster BMKG saat ditemui Timika eXpress di ruang kerjanya, Kamis (25/5), mengatakan angin yang berhembus dari Benua Australia membawa uap air dari laut menuju dataran, sehingga uap air akan menabrak pegunungan di bagian utara dan menumpuk di atmosfir, ini mengakibatkan Timika terjadi hujan pada saat sore atau malam hari.

Sedangkan wilayah perairan Agast dan Amamapare, BMKG Mimika memprediksi keadaan cuaca berawan dengan ketinggian gelombangnya masih dalam kategori tenang, yaitu 1,25 sampai 2,5 meter dengan kecepatan angin 20-40 km per jam disertai intensitas hujan ringan.

“Kami imbau masyarakat Mimika perlu waspada dengan curah hujan yang tinggi dan angin yang kencang, dimana Timika dan sekitarnya diprediksi masih diguyur hujan dengan intensitas sedang meski durasinya tidak lama disertai angin dan petir,” pungkasnya.

Masyarakat Diimbau Waspadai Cuaca Buruk

 Menyikapi kondisi cuaca buruk di musim pancaroba yang dihadapi Mimika kini, Yulian Salossa, anggota DPRD Mimika pun mengimbau seluruh masyarakat Mimika agar lebih waspada, terlebih saat melakukan aktifitas di perairan laut.

“Karena kondisi cuaca kurang bersahabat, termasuk gelombang laut tinggi, baiknya masyarakat kurangi aktivitas melaut, terutama para nelayan,” ujarnya kepada Timika eXpress di ruang kerjanya, Kamis (25/5).

Disamping itu, kepada guru, tenaga medis yang bertugas di wilayah pesisir, dalam situasi seperti ini harus lebih berhati-hati saat melakukan pelayaran, baik melalui sungai maupun laut.

“Intinya selalu waspada dan perhatikan standar keselamatan dan Alat Pelindung Diri (APD) seperti rompi pelampung dan lainnya guna menghindari musibah laut seperti yang pernah terjadi sebelumnya,” ujar Yulian. (kay/ela)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button