Gelar Pelatihan dan Simulasi Pengabdian kepada Masyarakat, PMI Mimika Tingkatkan Kapasitas Kader dan Relawan
FOTO BERSAMA- dr. Enny Kenangalem didampingi Jaconis Manusiwa, Sekertaris PMI Mimika saat berfoto bersama peserta di Sekretariat Palang Merah Indonesia (PMI) di Jalan Yos Sudarso, Rabu (24/5). (FOTO : ELISA/TimeX)
TIMIKA, TimeX
Pengurus Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Mimika, Papua Tengah menggelar pelatihan dan simulasi pengabdian kepada masyarakat.
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas (Capacity Building) para kader dan relawan PMI untuk meningkatan kualitas donor darah.
Kegiatan selama dua hari di Sekretariat PMI Mimika, Jalan Yos Sudarso, dibuka secara resmi oleh Jaconis Manusiwa, Sekertaris PMI Mimika pada Rabu (24/5).
Kegiatan hasil kerjasama PMI Mimika dengan Exeins Health Initiative (EHI), dan Pusat Riset BRIN menghadirkan narasumber, diantaranya Dr.rer.nat Fifi Fitriyah Masduki dan Dr. Indra Wibowo dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Bandung (LPPM ITB).
Lainnya, Dr. Leily Trianty dari Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman BRIN, Edison Johar, B.Sc, M.Sc dari Exeins Health Initiative (EHI) dan dr.Enny Kenangalem yang juga Wakil Ketua Bidang Kerjasama PMI Mimika.
Adapun pesertanya, yaitu kader dan relawan PMI, serta utusan mahasiswa Program Studi (Prodi) D-III Kebidanan, D-III Kesehatan Lingkungan, dan Prodi D-III Keperawatan.
Termasuk perwakilan siswa SMA, yaitu, SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 6 Timika.
Jaconis Manusiwa, Sekertaris PMI Mimika pada kesempatan itu, mengatakan pelatihan dan simulasi ini dalam rangka meningkatan kapasitas kader maupun relawan PMI Mimika terhadap kualitas pelayanan donor darah di wilayah setempat.
Pasalnya, proses transfusi darah merupakan bagian penting dari pelayanan kesehatan modern, bilamana digunakan dengan baik dan benar, tentu dapat menyelamatkan nyawa pasien, serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
“Memang, selama ini ada beberapa kendala dalam pemanfaatan donor darah, yaitu terbatasnya stock darah di Bank Darah PMI maupun RSUD, belum lagi transfusi darah mengandung banyak risiko, sehingga berbagai pemeriksaan harus dilakukan sebelum transfuse darah kepada yang membutuhkan,” jelasnya.
Terkait kondisi di atas, berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan risiko transfusi daerah, dengan tidak menutup kemungkinan ada efek samping seperti munculnya reaksi atau infeksi akibat transfusi darah.
“Saya sampaikan ini berdasarkan data Kementerian Kesehatan (2014), dimana pemeriksaan infeksi penyakit menular meliputi pemeriksaan HIV dan Hepatitis B, Hepatitis C, Sifilis, juga data WHO (2016) mencatat 36,7 juta orang terinfeksi HIV, khususnya di Indonesia terdata sebanyak 242.699 orang pada Tahun 2017,” ungkapnya.
Dikatakan pula, infeksi HIV dan Hepatitis B paling banyak terjadi pada kelompok usia dewasa, yaitu 25-49 tahun dan 20-24 tahun (Kemenkes RI, 2017).
Menurut Jaconis kerap ia disapa, tingginya HIV dan hepatitis di Papua mengharuskan screening terhadap darah donor menjadi sangat penting.
Situasi yang dihadapi PMI Mimika saat ini sering mengalami kekurangan donor darah dan terbatasnya tenaga screening terhadap infeksi penyakit menular.
“Yang kami andalkan selama ini relawan, tapi tidak semua berlatar belakang pendidikan kesehatan, makanya kami tingkatkan kapasitas para kader dan relawan PMI Mimika agar ke depan kualitas pelayanan donor darah dan penyediaan darah dapat meningkat,” harapnya.
Disebutkannya, masalah terbesar yang dihadapi PMI pada umumnya, adalah tingginya angka kematian akibat kekurangan darah.
Salah satu buktinya tercermin dari angka kematian ibu yang sebagian besar disebabkan oleh perdarahan, ini masih menjadi masalah besar dalam dunia kesehatan, khususnya di Indonesia.
“Karena itu kami pandang perlunya upaya menumbuhkan kesadaran akan manfaat donor darah kepada masyarakat sangat penting untuk dilakukan,” serunya.
Selain itu, meningkatkan keterampilan para kader dan relawan dalam menscreening infeksi penyakit pada darah, nantinya melibatkan seluruh elemen penting, yaitu masyarakat setempat dan pemerintah daerah, dan didukung oleh institusi atau lembaga pendidikan seperti ITB.
Menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat yang didukung oleh pemerintah daerah setempat akan pentingnya donor darah dan screening darah merupakan investasi jangka panjang, serta berdampak pada bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya di Mimika.
Ia berharap, para relawan PMI yang mengikuti pelatihan ini akan menjadi duta donor darah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya serta manfaat donor darah. (kay)