PENKES

371 Anak di Mimika Baru Menderita Stunting

FOTO BERSAMA – Paulus Dumais, Asisten I Setda Mimika foto bersama Dedi Damhudi Poukoma, Kepala Distrik Mimika Baru,  para lurah dan peserta sosialisasi penanganan malaria dan stunting di Hotel Grand Tembaga, Kamis (8/6). (FOTO: Gren/TimeX)

TIMIKA, TimeX

Sebanyak 371 orang anak di Distrik Mimika Baru terkonfirmasi menderita stunting (gagal tumbuh pada anak).

Dari total 10.356 anak yang diperiksa di Posyandu yang tersebar di 11 kelurahan dan 3 kampung di Distrik Mimika Baru, 371 diantaranya mengalami gangguan pertumbuhan.

Adapun Kelurahan Koperapoka mencatat jumlah penderita stunting terbanyak, yaitu 111 anak dari total 1.660 anak yang diperiksa di Posyandu.

Demikian dipaparkan Lenny Silas, Kepala Bidang (Kabid)  Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Mimika saat sosialisasi penanganan penyakit malaria dan stunting yang digelar Distrik Mimika Baru di Hotel Grand Tembaga, Kamis (8/6).

Selanjutnya, stunting di Kelurahan Hangaitji terdata 2 kasus dari 162 anak yang diperiska, menyusul Kelurahan Kebun Sirih terdata 68 anak stunting dari 981 anak yang diperiksa di Posyandu.

Di Kwamki Baru terdata 53 anak stunting dari 1.388 anak yang diperiksa.

Di Kampung Minabua dari 218 anak yang diperiksa hanya 2 anak stunting.

Kampung Nayaro terdapat 36 anak stunting dari 149 anak yang diperiksa di Posyandu.

“Nayaro dengan kasus stunting 24,16 persen menjadi yang terbesar,” jelasnya.

Menyusul, Kelurahan Otomona dari 901 anak yang diperiksa, terkonfirmasi 67 anak stunting.

Kemudian di Kelurahan Pasar sentral tercatat 11 anak stunting dari 1.391 anak diperiksa.

Di kelurahan Perintis ada 4 orang anak stunting dari 541 anak yang diperiksa, begitu pila di Kelurahan Sempan dari 857 anak yang diperiksa hanya 5 anak stunting.

Adapun di Timika Indah dari 926 anak yang diperiksa, 7 anak stunting.

Kelurahan Timika Jaya ada 3 anak stunting dari 715 anak yang diperiksa, serta Kelurahan Wanagon dari 467 anak yang diperiksa, 2 anak stunting.

Untuk mengatasi kasus gagal tumbuh pada anak, Lenny Silas menyarankan seribu hari kehidupan anak  sejak dari dalam kandungan sudah harus mendapat perhatian lebih.

Apalagi saat anak usai dua tahun, itu merupakan waktu krusial tumbuh kembang anak yang harus diperhatikan pula secara maksimal.

Dianjutkan pula kepada para orang tua yang anaknya terlanjur menderita stunting, yang utama harus memperhatikan dan memperbaiki pola makan.

“Kita harus kasih protein lebih seperti daging atau telur. Dari pada kasih anak-anak beli jajan, mendingan pakai beli telur supaya anak tumbuh normal,” tandasnya.

Sosialisasi penanganan penyakit malaria dan stunting yang dibuka oleh Paulus Dumais, Asisten I Setda Mimika ditandai dengan penabuhan tifa bersama Kepala Distrik Mimika Baru, Dedi Damhudi Paokuma.

Giat sosialisasi menyasar puluhan kader kesehatan, para kepala kampung dan lurah dalam wilayah Distrik Mimika Baru.

Plt. Bupati Mimika dalam sambutannya yang dibacakan Paulus Dumais, Asisten I Setda Mimika, mengatakan selain stunting, malaria menjadi penyakit endemi orang Papua. Karenanya semua kegiatan yang berkaitan dengan penanganan malaria dan stunting didukung penuh oleh pemerintah daerah setempat.

“Malaria dan stunting saat ini menjadi permasalahan kompleks karena memiliki peningkatan angka yang signifikan, apalagi merupakan penyakit atau masalah kesehatan bagi masyarakat di dunia termasuk Indonesia, khsusunya di Mimika,” ujarnya.

Ia tidak menampik, malaria dan stunting berdampak luas terhadap timbulnya permasalahan sosial dan ekonomi, bahkan bisa menyebabkan kematian pada bayi, Balita di daerah endemic, bahkan bisa menyebabkan menurunnya kualitas sumber daya manusia.

“Besarnya masalah menyebabkan upaya pengendaliannya menjadi prioritas. Untuk itu, pengendalian malaria dibutuhkan komitmen untuk mencapai target eliminasi malaria di wilayah Papua, khususnya di Mimika. Dalam upaya pengendalian malaria ada tiga strategi yang dapat dilakukan, yaitu pertama akselerasi pada daerah endemik tinggi, kedua intensifikasi pada endemik moderat, dan ketiga eliminasi pada daerah endemik rendah dan pemeliharaan untuk mencegah reintroduksi kasus pada daerah-daerah yang sudah bebas malaria,” ujarnya.

Disamping itu, untuk mengatasi malaria dan stunting perlu penguatan koordinasi lintas sektor pemerintah daerah maupun pihak swasta terkait permasalahan-permasalahan membantu menyelesaikan percepatan eliminasi malaria juga penurunan angka stunting di Mimika.

“Karena tidak mungkin mencapai eliminasi malaria di tahun 2027 jika hanya diselesaikan oleh sektor kesehatan. Sehingga melalui sosialisasi ini bisa menambah pengetahuan bagi para kader dalam mengatasi masalah malaria dan stunting,” pesannya.

Dalam penanganan stunting di Distrik Mimika Baru, TP-PKK Distrik Mimika Baru bekerjasama dengan Puskesmas Pasar Sentral, Puskesmas Timika Jaya dan Puskesmas Timika, dimana setiap bulannya para kader bersama petugas Puskesmas melakukan pendataan dan pelayanan di Posyandu.(glt)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button