DIARAK-Jenazah Alm Thom Beanal saat diarak menuju Gereja Katedral Tiga Raja, sesaat sebelum dimakamkan, Sabtu (3/6) (FOTO: Astrid/TimeX)
TIMIKA, TimeX
Isak tangis istri, anak dan cucu pecah dalam prosesi pemakaman Almarhum Thomas Beanal yang berlangsung khidmat pada Sabtu (4/6).
Rasa kehilangan yang cukup mendalam terlihat di raut wajah sang istri, anak, menantu serta para cucu-cucunya, ketika peti jenazah sang pejuang Papua itu diturunkan ke liang lahat.
Putra terbaik suku Amungme kelahiran Kampung Tsinga, Distrik Tembagapura Tahun 1947 ini dimakamkan di Amunga, Jalan Agimuga Mile 32, Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, sekira pukul 16.10 WIT, Sabtu (4/6).
Prosesi pemakaman yang dilakukan secara Agama Katolik dengan ibadah yang dipimpin Pastor Yustinus Rahangyar Projo ini, dihadiri oleh Plt Bupati Mimika Johannes Rettob dan jajarannya, hadir pula petinggi PT Freeport Indonesia (PTFI) yaitu Direktur dan EVP Sustainable Development PTFI Claus Wamafma dan EVP Site Operations (Kepala Teknik Tambang) PTFI Carl Tauran, Ketua DPRD Mimika Anton Bukaleng, beberapa anggota DPRD Mimika dan Forkopimda Mimika, serta ribuan warga Mimika.
Sebelumnya, sekira pukul 10.15 WIT, jenazah pendiri Lembaga Masyarakat Adat Suku Amungme (Lemasa) ini diarak dari tempat persemayaman di Keuskupan Timika menuju Katedral Tiga Raja dan dilaksanakan Misa requiem. Selanjutnya sekira pukul 14.43 WIT, ribuan warga Mimika berbondong-bondong mengantarkan jenazah pejuang di Tanah Papua ini ke peristirahatan terakhirnya di Amunga, Mile 32 Mimika.
Pantauan Timika eXpress prosesi pemakaman dikawal ratusan aparat gabungan TNI-Polri yang dipimpin langsung Kapolres Mimika AKBP I Gede Putra dan Dandim 1710/Mimika Letkol Inf Dedy Dwi Cahyadi.
Prosesi ini ditutup dengan peletakkan karangan bunga yang dilakukan oleh Plt. Bupati Mimika, Presiden PTFI, Keuskupan Timika, Kapolres Mimika, Dandim 1710/Mimika, Ketua DPRD Mimika, Ketua Lemasa, Ketua Lemasko dan ditutup peletakkan karangan Bunga Oleh Sahabat Kecil Almarhum.
Sekilas Tentang Thom Beanal
Thomas Beanal atau akrab disapa Thom Beanal lahir di Kampung Tsinga, Tembagapura, pada 11 Juli 1947.
Almarhum merupakan Tokoh Pejuang pembebasan masyarakat Amungme dari jeratan HAM. Piet Maturbongs yang merupakan sahabat almarhum membacakan riwayat lengkapnya pada Misa requiem atau misa pelepasan jenasah di Gereja Katolik Katedral Tiga Raja Timika.
Disampaikan, Thom Beanal menikahi seorang wanita asli Amungme bernama Berta Kum dan memiliki lima orang anak dari pernikahannya, yaitu Lidia Natalia Beanal (Alm), Mery Theodora Beanal (Alm), Florentinus Beanal, Falien Fincentius Beanal dan Odizeus Beanal.
Diceritakan, almarhum menempuh pendidikannya, pada Tahun 1953-1954 di Vox School kelas 1-2 di kota Fakfak, pada Tahun 1955 ia mengikuti sekolah Pertukangan di Kokonao, kemudian Tahun 1956 sampai 1959 Vox School kelas 3-6 di Kaokonao.
Lalu Tahun 1960 Thom melanjutkan PMS di ST Paulus Abepura Jayapura, 1961 Ordo Fakfak, dan Tahun 1962 melanjutkan ke Sekolah Guru Bawah (SGB) di Kaokonao, 1963-1965 Sekolah Guru Atas (SGA) di Biak, 1969-1972 Akademi Teologi Katolik (ATK) Abepura Jayapura.
Sedangkan untuk riwayat pekerjaan almarhum merupakan guru di Lembah Baliem Kota Wamena sebagai pendamping 1965-1969, guru SD YPPK Mulio 1969, anggota DPRD Kabupaten Fakfak perwakilan Agimuga 1972-1977, ikut menandatangani Januari Agreement 1974 antar PT Freeport Indonesia (PTFI), Pemprov Papua, Pemkab Fakfak dan masyarakat Amungme yang diwakili Tuarek Natkime dan Konstan Anggaibak. Selanjutnya menjadi anggota tim Pastoral Keuskupan Jayapura dan ditugaskan sebagai Pastor Paroki Yekuba, Lembah Baliem 1977-1979, anggota tim Pastoral Pegunungan Bintang 1979-1981, anggota tim Pastoral Paroki Kristus Sahabat Kita Nabire 1981-1991.
Ia juga merupakan pendiri dari Yayasan Lorens 1991, Pastor Paroki Emanuel Mapurjaya 1991-1993. Kemudian setelah melihat situasi masyarakat Amungme dan Mimika Wee pada masa itu, Thom Beanal pun mengundurkan diri dari tugas Pastoral Keuskupan Jayapura dan fokus pada pengembangan masyarakat adat suku Amungme.
Kemudian ia menjadi anggota Dewan Presidium Wahana Lingkungan Hidup 1994, mendirikan (Tuarek Negel) Lembaga Masyarakat Adat (Lemasa) 1994, anggota tim penyiapan laporan pelanggaran HAM Papua di Hoeya, Bela Alama 1995, pendiri Irian Noken Justice and Pace 1995. Thom Beanal juga ikut menggugat PTFI atas pencemaran lingkungan hidup di Pengadilan New Orleans 1996, penggagas dana 1 persen di PTFI untuk masyarakat Amungme, Kamoro dan lima suku kekerabatan pada Tahun 1996.
Almarhum Thom Beanal yang saat ini telah dikaruniai 14 orang cucu tersebut juga sebagai pendiri Forum Rekonsiliasi Rakyat Irian Jaya tahun 1998, pendiri Lembaga Studi HAM Papua 1998, Ketua tim 100 yang menjumpai Presiden BJ Habibie di istana Negara 1999, Wakil Ketua Presidium Dewan Papua 2000, Komisaris PTFI 2000-2018, dan Ketua Dewan Adat Papua Tahun 2021.
Pejuang kedamaian di Tanah Papua ini, meninggal dunia di RS Mom Elisabeth Singapura, pukul 14.05 waktu Singapura, pada 29 Mei 2023.
Berdasarkan Pantauan Timika eXpress, Misa requiem dimulai dengan perarakan jenazah dari tempat persemayaman di Keuskupan Timika sekira pukul 10.15 WIT, ke Gereja Katedral Tiga Raja. Misa requiem yang dipimpin administrator Keuskupan Timika, Pastor Marten Kuayo berakhir pukul 14.35 WIT, jenazah selanjutnya diarak menuju ke Amunga, Mile 32, sebagai tempat peristirahatan terakhir mantan komisaris PTFI Tahun 2000-2018 tersebut. (ine)