Berita Timika

Sasar 12 Kampung Pesisir Mimika, Maximus Tipagau Bagikan 8 Ton Tepung Sagu

MENYERAHKAN – Maximus Tipagau-Waukateyau menyerahkan paket bantuan secara simbolis kepada Kepala Kampung Keakwa, Wilo L. Potereyau di Balai Kampung Keakwa, Selasa (23/5).(FOTO:MAURITS/TIMEX)

KEAKWA,TimeX

Sebagai wujud peduli sekaligus menjawab janji besar terhadap masyarakat di wilayah distrik pesisir Mimika, Maximus Tipagau, Direktur Yayasan Somatua membagikan 8 ton tepung sagu secara gratis bagi masyarakat setempat sejak Senin (22/5) hingga Selasa (23/5).

Pembagian menyasar 12 kampung di pesisir Mimika dimulai dari Distrik Mimika Barat Kokonao, meliputi Kampung Atapo, Kiyura, Migiwiya, Mimika, Kokonao, Apuri, dan Kampung Aparuka.

Selanjutnya, pada Selasa lalu, Maximus dan rombongan membagikan tepung sagu Timika-Papua yang diproduksi dari rumah sagu di Kampung Keakwa, Distrik Mimika Tengah, dengan menyasar Kampung Keakwa, Timika Pantai (Tipuka), Aika Wapuka, serta Atuka dan Kampung Miyoko, Distrik Mimika Tengah.

Masing-masing kampung mendapat 10 ton tepung sagu yang sudah dalam kemasan karung ukuran 50 kilogram.

Warga 12 kampung tersebut juga menerima bantuan telur ayam serta bahan makanan lainnya, termasuk air bersih dalam kemasan galon yang diproses secara RO System, sebagai persembahan dari Yayasan Somatua, menjawab kerinduan masyarakat pesisir akan sarana air bersih.

Untuk fasilitas air bersih ini diambil dari air kali di area rumah sagu, kemudian diproses dengan mesin RO System senilai lebih Rp1 Miliar.

“Kalau sebelumnya masyarakat pesisir kesulitan air bersih, sekarang sudan mudah.

Khusus bantuan tepung sagu serta bahan makanan lainnya ini kami berikan untuk masyarakat dalam rangka mendukung program pemerintah perbaikan gizi buruk mencegah kasus stunting (gagal tumbuh pada anak), khususnya di 12 kampung, baik di Mimika Barat- Kokonao, dan Distrik Mimika Tengah, Kabupaten Mimika-Papua Tengah”.

Demikian diungkapkan Maximus Tipagau, Direktur Yayasan Somatua selama dua hari kunjungannya menyasar warga di 12 kampung tersebut.

Adapun penyerahan paket bantuan secara simbolis kepada warga tujuh kampung di Kokonao digelar di dermaga Kokonao.

Penyerahan oleh Maximus Tipagau secara simbolis kepada Leo Taraepa, perwakilan warga Kampung Migiwiya.

Maximus Tipagau saat penyerahan paket bantuan yang pernah dijanjikan sebelumnya itu didampingi Jefri Pusung selaku Manager Project Rumah Sagu, Awen Magai, Ketua KNPI Mimika serta rombongan dan disaksikan langsung oleh masyarakat dari 12 kampung, mulai Distrik Mimika Barat hingga Distrik Mimika Tengah.

Sebelum penyerahan paket bantuan kepada warga tujuh kampung di Distrik Mimika Barat, sebelumnya digelar pertemuan bersama warga setempat di Kantor Koramil 1710-01/Kokonao.

Sementara pertemuan di empat kampung di Distrik Mimika Tengah, masing-masing dilakukan di balai kampung.

Sebagaimana liputan langsung Timika eXpress, pertemuan bersama di Kokonao dihadiri pula  Sertu Novin Beteyob selaku Babinsa Kampung Yaraya, Distrik Mimika Tengah,

Serka Hendrik Renyaan selaku Babinsa Manuare, Distrik Mimika Barat, dan Brigadir Pol. Ayub L, anggota Polsek Mimika Barat.

Lebih lanjut, Maximus Tipagau, mengatakan, berkat dukungan semua pihak termasuk YPMAK (Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme Kamoro) dan PT Freeport Indonesia, sehingga pabrik sagu yang dibangun LPMAK, kini YPMAK sejak 2014 lalu, sudah melakukan produksi perdana Tepung Sagu Timika Papua sebanyak 8 ton.

“Delapan ton hasil produksi ini sesuai janji saya dibagikan gratis kepada masyarakat. Ini semua berkat persetujuan dan dukungan masyarakat yang menghendaki dilanjutkannya pengelolaan rumah sagu. Dan ini bukti saya jatuh cinta sama orang Kamoro,” ungkapnya.

Maximus yang akrab disapa gladiator Papua pun sedikit mengisahkan awal dirinya yang adalah seorang anak gunung terpanggil mengabdikan diri hingga menjadi anak angkat masyarakat Suku Kamoro.

“Kisah awal itu saya main ke  Pantai Keakwa, dan saat itu handphone saya tertinggal. Untungnya, HP saya ditemukan oleh seorang anak kecil, dan akhirnya dikembalikan. Ini membuat saya jatuh hati dengan saudara-saudari saya orang Kamoro. HP ini kalau hilang bisa dibeli lagi, tapi yang terpenting dan nomor-nomor kontak yang ada bahkan lebih mahal dari HP ini,” kenang Maximus.

Dari kisah ini, sebenarnya, Maximus ingin masyarakat Kamoro harus ikut maju seperti HP yang selalu berkembang mengikuti zaman.

“Kalau dulu HP hanya terdapat satu kamera, sekarang sudah dua bahkan tiga kamera, untuk itu orang Kamoro pun harus demikian. Anak-anak muda yang badan bagus, ganteng-ganteng ini harus rajin dan semangat sekolah supaya jadi orang hebat. Kita Amungme-Kamoro harus jadi tuan di negeri kita sendiri,” spiritnya.

Ia menambahkan, alam dan hasil laut, seperti ikan, karaka dan lainnya termasuk sagu harus bisa sejahterakan masyarakat Kamoro.

“Saya bikin lomba voli pantai, lomba hias perahu, bangun home stay, ini karena saya cinta masyarakat Kamoro. Malam ini saya datang bawa tepung sagu sesuai janji saya. Tepung sagu ini dihasilkan lebh dari 300 pohon sagu dari masyarakat Miyoko, Keakwa dan Aika Wapuka, jadi kita harus bersyukur kepada Tuhan,” serunya.

Selanjutnya, Jefri Pusung, Manager Project Rumah Sagu, berharap dukungan dari masyarakat Kokonao seperti masyarakat pesisir untuk pengadaan bahan mentah sagu untuk keberlangsungan produksi tepung sagu sehingga berdaya saing dan mendatangkan keuntungan.

“Dengan adanya lahan pekerjaan di rumah sagu, masyarakat pun harus produktif, karena ini secara tidak langsung kita mendukung program pemerintah. Kita harus punya ekspektasi tinggi. Kalau selama ini ada masyarakat yang katakan jangan sampai pohon sagu kami habis, soal ini sudah melalui penelitian oleh pihak IPB dan Unipa Manokwari, bahkan sebagai pengelola sudah dipertimbangkan dan akan dilakukan penanaman bibit-bibit baru pohon sagu, jadi masyarakat tidak usah khawatir,” tandasnya.

Sementara itu, Karel Poterapea, salah satu pemuda Kokonao, kepada media ini mengapresiasi upaya nyata pengelola rumah sagu membagikan tepung sagu sesuai janji sebelumnya.

“Kami sambut baik, tapi dengan harapan ke depan anak-anak muda diberdayakan sebagai pekerja di rumah sagu, dan masyarakat setempat juga sejahtera ke depannya dari keberadaan industri rumah sagu,” tandasnya. (vis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button