JAKARTA,TIMIKAEXPRESS.id – Di tengah gemerlap ballroom Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (30/9/2025), wajah-wajah dari Papua tampak bersinar lebih dari cahaya lampu gantung kristal di atas kepala.

Di barisan depan, pria bersahaja dengan batik khas Kamoro berdiri tenang menerima penghargaan tertinggi.

Ia adalah Dr. Leonardus Tumuka, putra asli Kampung Koperapoka, Kabupaten Mimika,Papua Tengah.

Malam itu, ia menjadi simbol harapan, kerja keras, dan pembuktian: bahwa dari timur Indonesia, lahir kepemimpinan dan karya nyata yang diakui nasional.

Dari Mimika ke Panggung Nasional

Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK), organisasi yang ia pimpin, tak datang dengan tangan kosong.

Dalam ajang CSR dan Pengembangan Desa Berkelanjutan (PDB) Award 2025, YPMAK selaku pengelola dana kemitraan PT Freeport Indonesia (PTFI) memborong lima penghargaan sekaligus prestasi yang bahkan belum tentu bisa dicapai oleh perusahaan besar bertahun-tahun berdiri.

Dari 103 entitas peserta, hanya satu yang datang dari Papua: YPMAK.

Tapi kehadiran mereka bukan sekadar formalitas. Mereka datang membawa cerita dari pedalaman, dari kampung-kampung di dataran tinggi dan pesisir Mimika, tempat program mereka selama ini berjalan dalam senyap—tanpa panggung, tapi penuh makna.

Kampung Sehat dan Guru Harapan

Salah satu program yang menyita perhatian juri adalah “Kampung Sehat”. Program ini bukan sekadar klinik keliling, tetapi sistem pelayanan kesehatan terintegrasi yang menjangkau wilayah pegunungan dan pantai.

Tim kesehatan YPMAK berjalan kaki, menyeberang sungai, bahkan terbang dengan helikopter kecil, demi memastikan satu hal: warga kampung bisa hidup lebih sehat.

Sementara itu, program “Guru Kontrak” menjadi jawaban atas krisis pendidikan di kampung-kampung. Bersama mitra seperti YPPK Keuskupan Timika, YPMAK menempatkan puluhan guru ke wilayah terpencil.

Mereka bukan sekadar mengajar, tapi menjadi cahaya kecil di kelas-kelas yang berdinding papan dan beratapkan seng, tempat anak-anak belajar menulis mimpi.

Sanitasi dan Dana Desa: Infrastruktur yang Jarang Tersorot

Tak hanya itu. Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) juga mendapat penghargaan Silver. Meski belum menyentuh level emas, juri menilai upaya YPMAK bersama Yayasan Rumsram telah membawa perubahan penting dalam perilaku hidup bersih di kampung-kampung.

Di sisi lain, program dukungan Dana Desa mendapat apresiasi Bronze, karena mendampingi puluhan kepala kampung dalam mengelola anggaran agar tepat sasaran.

“Kami mulai dari 59 desa di dataran tinggi, 65 desa pesisir, hingga kini merambah wilayah kota,” ujar Ferri Magai Uamang, Wakil Ketua Bidang Program.

Kepemimpinan yang Lahir dari Tanah Sendiri

Namun penghargaan paling prestisius malam itu jatuh kepada satu nama: Leonardus Tumuka, untuk kategori individu. Juri menyebutnya sebagai pemimpin yang “visioner dan berintegritas”, yang mampu membangun yayasan dengan sistem manajemen yang solid namun tetap berakar pada nilai-nilai lokal.

Sebagai putra Kamoro, Leonardus tak hanya mewakili institusi, tapi juga mewakili kebanggaan: bahwa orang Papua tak hanya bisa menerima bantuan, tapi bisa menjadi pelaku utama pembangunan.

“Kami bersyukur. Ini buah dari kerja keras semua pihak: staf YPMAK, mitra lapangan, Pemkab Mimika, Freeport, dan terutama masyarakat Amungme dan Kamoro,” ujar Leonardus dengan mata berkaca.

Sementara Ketua Pembina YPMAK, Engel Enock, yang turut menerima penghargaan Gold untuk Program Kampung Sehat, menyebut keberhasilan ini sebagai hasil dari sinergi dan kepercayaan.

“Kami tidak bekerja sendiri. Ini semua tentang membangun bersama, dengan hati,” katanya.

Turut hadir pula jajaran pengurus seperti Haotje Watori, Kristianus Ukago, dan Yeremias Isak Imbiri, yang bergantian menerima penghargaan mewakili program-program andalan.

Belum Selesai, Masih Banyak PR

YPMAK sadar, penghargaan bukan tujuan akhir. Mereka berkomitmen menindaklanjuti semua masukan juri, terutama dalam dokumentasi dampak dan penguatan evaluasi program Silver dan Bronze, agar di masa mendatang, semua program bisa menyentuh standar tertinggi.

“Kami tidak berhenti di sini. Papua masih punya banyak tantangan. Tapi hari ini, kita buktikan: kami bisa,” tegas Leonardus.

Ajang CSR dan PDB Award 2025 menjadi panggung untuk mengenali siapa yang benar-benar bekerja di akar rumput.

Dan malam itu, YPMAK berdiri sebagai satu-satunya yayasan dari Papua yang bersaing dan menang.

Ini bukan sekadar penghargaan. Ini adalah pengakuan. Bahwa dari Mimika, dari lembah-lembah dan hutan rimba, telah tumbuh sebuah yayasan yang tak hanya mengelola dana, tapi mengelola harapan.

Dan harapan itu kini menyala lebih terang—bukan hanya di Jakarta, tapi di hati masyarakat Amungme, Kamoro, dan semua yang percaya bahwa Papua juga bisa. (*/maurits sadipun)