MENGUNJUNGI POSKO – Ketua Umum 2PAM3 Indonesia, Antonius Rahabav, saat mengunjungi posko kemanusiaan dan menemui warga korban longsor di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, Kamis (13/11). (FOTO: IST/TIMEX)

NDUGA,timikaexpress.id — Ketua Umum Perkumpulan Penggerak Aspirasi Masyarakat Minoritas Indonesia Maju  (2PAM3) Indonesia, Antonius Rahabav, menyoroti minimnya perhatian pemerintah terhadap bencana longsor di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan, yang menelan banyak korban jiwa, termasuk pelajar.

Dalam kunjungannya ke posko kemanusiaan di lokasi bencana, Kamis (13/11), Antonius bertemu langsung dengan masyarakat yang tengah melakukan pencarian korban dan menerima laporan dari ketua posko pencarian setempat.

Dari informasi yang dihimpun, hingga Rabu (13/11), sebanyak 11 korban ditemukan meninggal dunia, di antaranya 8 orang pelajar yang seluruhnya dibakar di lokasi kejadian oleh keluarga korban sesuai tradisi adat setempat.

Sementara itu, empat korban lainnya belum ditemukan, namun dua potongan kaki kiri turut dibakar bersama jenazah lainnya.

Adapun daftar korban pelajar yang ditemukan yakni:

Yupin Pokneangge (17), Adince Pokneangge (17), Lindana Pokneangge (6), Yepetena Gwijiangge (13), Endius Gwijiangge (17), Wutukwe Tabuni (17), Dilince Pokneangge (16), dan Donjut Wasiangge (14).

Selain itu, terdapat tiga korban lain yakni Mersan Wasiangge (17), Libi Tabuni (29), dan Kalukwe Gwijiangge (60).

Antonius menyesalkan kondisi di lokasi bencana yang sangat memprihatinkan karena tidak ada dukungan logistik maupun alat pencarian dari pemerintah pusat dan daerah.

“Masyarakat hanya memasang terpal seadanya sebagai posko, tanpa bantuan logistik dan alat pencarian. Mereka benar-benar berjuang sendiri mencari korban,” ujarnya.

Ia juga menyoroti ketiadaan dukungan aparat TNI dan Polri dalam operasi kemanusiaan tersebut.

Menurutnya, alasan bahwa lokasi bencana berada di zona merah seharusnya tidak menjadi penghalang bagi misi kemanusiaan.

“Kalau pemerintah berkoordinasi dengan tokoh-tokoh masyarakat, keamanan pasti bisa dijamin. Ini bukan urusan konflik, ini soal kemanusiaan,” tegas Antonius.

Dalam kunjungan itu, 2PAM3 menyalurkan bantuan kemanusiaan berupa beras, mie instan, telur, air minum, dan susu bagi warga di posko.

Antonius menyatakan, pihaknya akan menyampaikan langsung aspirasi masyarakat Nduga kepada Presiden RI agar pemerintah lebih tanggap dan hadir bagi korban bencana.

“Kami tidak hanya datang memberi bantuan, tapi juga membawa suara rakyat Nduga. Sudah saatnya pemerintah serius memulihkan kehidupan masyarakat dengan konsep civil society yang inklusif,” tandasnya.

Antonius menegaskan, 2PAM3 bersama masyarakat Nduga akan terus bekerja membangun kebersamaan demi pemulihan sosial dan kemanusiaan jangka panjang di wilayah tersebut. (*)