TIMIKA,TIMIKAEXPRESS.id – PT Freeport Indonesia (PTFI) kembali meraih penghargaan atas kontribusi dan kolaborasi dalam pelestarian dan penyelamatan lebih 51 ribu satwa di Papua.

Penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia ini termasuk upaya penyelamatan satwa labi-labi moncong babi sebanyak 501 individu yang dilepasliarkan di sekitar areal PTFI selama ini.

Trophy maupun piagam penghargaan diserahkan oleh Staf Ahli Menteri (SAM) LHK Bidang Pangan, RR Indra Exploitasia Semiawan didampingi Atanasius Guntara Martana, Kepala Balai Besar KSDA Papua dan diterima oleh Gesang Setyadi, Vice President Environmental Division di Graha Pistia Mile 21, Senin (27/11/2023).

RR Indra Exploitasia Semiawan mengatakan, penghargaan yang diberikan sebagai bentuk apresiasi dari Kementerian LHK yang biasanya diserahkan pada puncak Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN).

“Seharusnya penghargaan ini diserahkan pada HKAN 2023 di Kalimantan, tapi pihak PTFI berhalangan hadir sehingga diserahkan hari ini,” ujarnya.

Dikatakannya, pemberian penghargaan dari Kementerian LHK meliputi beberapa kriteria, salah satunya yang diraih oleh PTFI, yaitu kontribusi nyata dalam penyelamatan satwa.

“Penghargaan yang diraih PTFI ini menjadi salah satu kriteria ketika menetapkan kriteria  kepada perorangan atau badan (organisasi) yang mendapatkan penghargaan dari Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE),” jelasnya.

Disampin itu, ada pula kriteria perorangan, lembaga, maupun perusahaan.

“Salah satu contohnya, kemarin yang dapat penghargaan adalah Desa Ramah Satwa. Desa Ramah Satwa adalah desa dimana warganya hidup berdampingan dengan satwa yang ada di dalamnya.  Selain itu, ada juga desa penanganan konflik,” paparnya.

Menurut dia, sebenarnya penghargaan ini hanya sebagian kecil dari kewajiban PTFI, karena ada banyak hal yang dikerjakan oleh PTFI.

“Kami akui ketika melakukan operasi pertambangan, tentu banyak hal yang harus dipenuhi oleh PTFI, dan kontribusi yang telah diwujudnyatakan ini, menurut saya patut dihargai, ketika kita melakukan pemulihan ekosistem, tidak mungkin ekosistem itu sunyi, pasti ada isinya,” ungkap Indra Exploitasia Semiawan.

Pasalnya, PTFI merupakan perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar di dunia yang tentunya tidak hanya konsen kegiatan environmental, tapi ada banyak kegiatan lain dalam mendukung pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat asli setempat.

“Jadi, perlunya masyarakat turut memantau spesies yang dilepasliarkan karena kita memiliki tanggung jawab bahwa satwa tersebut mampu berkembangbiak dan bisa beradaptasi,” serunya.

Untuk itu, ia berharap ada hubungan timbal balik antara KLHK dengan PTFI dalam pelestarian dan penyelamatan keanekaragaman hayati sebagai modal awal.

Sementara itu, Atanasius Guntara Martana, Kepala Balai BKSDA Papua mengatakan, selama ini PTFI telah mendukung dan berkolaborasi bersama BKSDA dalam program konservasi, salah satunya, yakni melakukan penyelamatan satwa, rehabilitasi serta pelepasliaran ke alam dan reinterusi meski butuh kerja keras dan proses panjang hingga patut meraih penghargaan dari Kementerian LHK.

“Harapan kami, dukungan serta sinergitas dalam membangun konservasi yang sudah berjalan selama ini terus berlanjut,” tandasnya.

Pada kesempatan yang sama, Gesang Setyadi, VP Environmental PTFI mengaku senang karena apresiasi penghargaan ini merupakan yang pertama setelah 18 tahun memberikan dukungan kepada Balai BKSDA dalam program konservasi.

“Sampai dengan saat ini, kita sudah bantu menyelamatkan lebih 50 ribu satwa ke alamnya dan sebagian ke Taman Lorentz. Kamki juga terus jalin kerja sama dengan BKSDA untuk melakukan pemantauan dan koordinasi terkait upaya-upaya konservasi,” ungkapnya.

Dijelaskan pula, terkait ekosistem, pihaknya telah banyak melakukan upaya rehabilitasi di tambang Grasberg dan lainnya.

“Sekarang di Jayapura, kami rehabilitasi dengan menanam berbagai jenis bibit pohon di atas lahan seluas 4.232 hektare. Kami juga baru saja menandatangani nota kesepahaman (MoU-memorandum of understanding) dengan Kmeneterian LHK untuk melakukan rehabilitasi mangrove di atas lahan seluas 2000 hektare. Begitu program lainnya,” ujarnya.

Ia menambahkan untuk rehabilitasi, tahun ini ditargetkan 1.900 hektare lahan ditanami.

“Harapan kami bisa selesai awal tahun 2024 karena kami pun baru berikan 2.000 bibit bambu kepada Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup,” ujarnya lagi.

Ia tidak menampik, banyak program yang dilakukan bersama termasuk rehabilitasi 4.232 hektare.

“Tahun ini kami baru capai 700 hektare, tahun lalu lebih 500 hektare dari target 4.232 hektare yang harus diselesaikan pada 2025 nanti,” tandasnya. (aro)