EVAKUASI – Tim penyelamat PTFI dalam proses penyelamatan dan evakuasi karyawan terjebak longsor material basah di GBC Tembagapura (FOTO:ISTIMEWA-CROPCOM FREEPORT)

TIMIKAEXPRESS.id – Memasuki hari ke-14 pascalongsor material basah (wet muck) di area Grasberg Block Cave (GBC) PT Freeport Indonesia (PTFI), Tembagapura, pada 8 September 2025 sekitar pukul 22.00 WIT, lima karyawan perusahaan tambang itu belum juga ditemukan.

AKBP Billyandha Hildiario Budiman (FOTO: GREN/TIMEX)

Kapolres Mimika, AKBP Billyandha Hildiario Budiman, mengatakan tim internal PTFI masih terus melakukan pencarian terhadap kelima korban, yaitu Victor Manuel Bastida Ballesteros, Holong Gembira Silaban, Dadang Hermanto, Zaverius Magai dan Balisang Telile. Victor Manuel Bastida Ballesteros dan Balisang Telile merupakan Warga Negara Asing (WNA) asal Chilli dan Afrika Selatan (Afsel).

“Lima korban itu masih dilakukan upaya evakuasi oleh tim PTFI. Tentunya kami mohon doanya, semoga diberi kelancaran dalam proses evakuasi,” ujarnya di Mapolres Mimika, Mile 32, Senin (22/9).

Menurut Kapolres, salah satu kendala utama pencarian adalah kondisi luncuran lumpur basah yang belum stabil.

“Lumpurnya masih basah dan terus bergerak,” jelasnya.

Meski demikian, ia menegaskan tim gabungan tetap berupaya maksimal.

“Semoga semua proses evakuasi berjalan dengan lancar,” pungkasnya.

Sementara Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Tri Winarno kepada ANTARA di Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, Senin, mengatakan hingga kini upaya pencarian masih dilakukan.

“Tinggal lima orang. Dua WNA, tiga orang Indonesia,” katanya.

Sebelumnya sudaha ditemukan dua korban atas nama Irawan (46), warga berasal dari Cilacap, Jawa Tengah, sedangkan Wigih Hartono (37) berasal dari Tulungagung, Jawa Timur.

Dia mengatakan upaya pencarian korban terkendala kondisi di bawah tanah yang penuh dengan material longsoran.

Dia mengklaim peristiwa tersebut menjadi tragedi pertama terparah yang pernah terjadi dalam dunia pertambangan di Indonesia bahkan dunia.

Dia pun mengatakan pihaknya masih melakukan investigasi mendalam terkait insiden tersebut.

Namun, fokus saat ini yakni mencari korban yang hingga kini belum diketahui kabarnya.

Menurut Winarno, akibat insiden tersebut produksi PT. Freeport Indonesia turun menjadi 30 persen.

“Produksi turun sampai dengan 30 persen. Kalo sekarang tidak berproduksi,” katanya.

Sebelumnya, longsor lumpur bijih basah terjadi di area tambang bawah tanah di kawasan Grasberg Block Cave (GBC) Extraction 28-30 Panel, Tembagapura, Kabupaten Mimika, pada 8 September 2025 malam sekitar pukul 22.00 WIT.

Sebanyak tujuh pekerja yang terperangkap di area tambang bawah tanah GBC, lima orang di antaranya kru PT Redpath Indonesia dan dua kru elektrik PT Cipta Kontrak di bawah Divisi Operation Maintenance PTFI.

Presiden Direktur PT. Freeport Indonesia Tony Wenas menyebut jajarannya mengerahkan semua sumber daya yang dimiliki untuk menyelamatkan pekerja yang hingga kini masih terjebak di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), di Tembagapura, Mimika, Papua Tengah.

Tim tanggap darurat PTFI, katanya lagi, bekerja tanpa henti membuka akses ke lokasi perkiraan keberadaan pekerja dengan bantuan alat berat, bor, dan drone, meski terkendala material basah aktif, sambil berupaya memulihkan kembali akses komunikasi.

Dalam melakukan berbagai upaya itu, PTFI bekerja sama dengan Inspektur Tambang dari Kementerian ESDM, pihak MIND ID, dan Freeport McMoRan. (via/ant)