SD YPPK – Dr. Leonardus Tumuka,  Ketua Pengurus YPMAK didampingi Alfonsius Jehadu, Kepala Sekolah (Kepsek) SD YPPK Potowaiburu saat melihat kondisi SD Potowaiburu dalam Kunker pada Rabu kemarin (FOTO: INDRI/TIMEX)

TIMKAEXPRESS.id – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) jadi alasan anak-anak murid Sekolah Dasar (SD) YPPK Potowaiburu lebih memilih jadi kuli kopra daripada sekolah.

Kondisi miris dari keputusan sepihak orang tua maupun anak-anak lantaran pihak sekolah tidak memberikan makan gratis.

Hal ini disampaikan Alfonsius Jehadu, Kepala Sekolah (Kepsek) SD YPPK Potowaiburu saat Kunjungan Kerja (Kunker) Ketua Pengurus Yayasan Pembedayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) dan tim ke Kampung Potowaiburu pada Rabu (19/3/2025).

“Gegara belum mendapat program makan gratis, tidak sedikit anak-anak yang masih jam belajar sekolah, tapi mereka memilih pulang lebih dulu, bahkan ada yang tidak datang sekolah dengan alasan karena orang tua mereka sudah keluar rumah dari subuh mencari hasil laut, dan membiarkan anak mereka sendiri di rumah tanpa makanan,” beber Alfonsius.

Dari pengakuan aak-anak yang jarang bahkan tidak masuk sekolah, bawasannya mereka (anak-anak SD) lebih memilih mencari kelapa untuk dijadikan kopra, agar bisa membeli makanan ketika ditinggal pergi orang tua melaut.

“Saya sudah sering tanya ke mereka, kenapa kalian tidak sekolah atau kenapa bolos, mereka bilang lapar, makanya mereka pilih buat kopra untuk jual ke penada, supaya bisa beli makan,” katanya.

Alfonsius juga menyebut dari 81 murid yang terdaftar di Data Pokok Pendidikan (Dapodik), tercatat 4 murid dari SD YPPK Potowaiburu sudah mengundurkan diri.

Penjelasan dari Alfonsius ini pun langsung ditanggapi Ketua Pengurus YPMAK, Dr.  Leonardus Tumuka.

Meski awalnya sempat kaget akan kondisi miris pendidikan yang terjadi di Potowaiburu, namun informasi yang diperolehnya langsung dari Kepsek SD YPPK Potowaiburu, ini akan didiskusikan dengan badan pengurus untuk mencari solusi agar pendidikan anak-anak sebagai generasi penerus dapat diselamatkan.

“Saya sangat sayangkan, kenapa ada anak-anak kami yang tidak mau sekolah. Soal ini saya akan diskusikan dengan pengurus sehingga bisa mengambil langkah-langkah  strategis penanganannya,” demikian Leo kerap ia disapa. (eno)