FOTO BERSAMA – Penanggung jawab Surveilans Dinkes Papua Tengah, Yohanes Kayame, didampingi Sekretaris Dinkes Mimika, Sisma HL, foto bersama tim lintas sektor usai pertemuan di Hotel Grand Tembaga (FOTO: ISTIMEWA/TIMEX)

TIMIKAEXPRESS.id – Kasus campak di Kabupaten Mimika meningkat signifikan hingga kini masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB).

Penanggung jawab Surveilans Dinkes Papua Tengah, Yohanes Kayame, mengatakan kasus campak sudah muncul sejak 2023.

Namun pada 2025 terjadi lonjakan signifikan sehingga perlu penanganan lintas sektor.

“Kasus campak meningkat karena banyak masyarakat menolak atau tidak mau diimunisasi, padahal tenaga kesehatan sudah gencar memberikan layanan,” ujarnya, Sabtu (20/9/2025).

Yohanes menjelaskan, tingginya mobilitas masyarakat juga menyulitkan petugas.

Warga di wilayah pegunungan kerap bepergian meninggalkan kampung, sementara masyarakat pesisir sering berpindah-pindah.

Akibatnya, banyak anak tidak terlayani imunisasi.

“Mobilisasi masyarakat membuat cakupan imunisasi rendah sehingga kasus campak terus meningkat,” katanya.

Faktor lain yang memperparah, menurut Yohanes, adalah kurangnya perhatian orang tua terhadap kesehatan anak ditambah kondisi lingkungan yang mendukung cepatnya penularan.

Sebagai langkah awal, Dinkes Papua Tengah bersama Dinkes Mimika menggelar pertemuan lintas sektor penanggulangan kasus campak.

Pertemuan ini bertujuan memetakan wilayah dengan kasus terbanyak dan menekan penyebaran penyakit.

“Tim lintas sektor harus bergerak cepat mencari kontak pada komunitas di wilayah zona merah,” tegas Yohanes.

Data Dinkes mencatat, pada 2023 terdapat 356 terduga kasus campak, turun menjadi 65 pada 2024, namun pada 2025 kembali naik menjadi 138 terduga dengan 19 kasus positif.

Sekretaris Dinkes Mimika, Sisma HL, menambahkan, tim lintas sektor tidak hanya melibatkan tenaga kesehatan, tetapi juga RT, lurah, hingga Babinkamtibmas.

Saat ini, kasus campak terpantau di dua wilayah, yakni Kebun Sirih dan Kamoro Jaya.

“Tim akan melakukan survei anak usia 9 bulan hingga 15 tahun. Jika di satu titik tidak ditemukan, maka berpindah ke titik lain sampai mencapai target cakupan 20 anak,” jelasnya.

Menurut Sisma, keterlibatan lintas sektor penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

Meskipun posyandu di Timika cukup banyak, partisipasi masyarakat masih rendah.

“Harapannya, dengan adanya KLB ini, masyarakat lebih sadar bahwa imunisasi lengkap itu sangat penting,” tambahnya.

Pemkab Mimika selama ini rutin menyediakan layanan vaksin campak gratis. Namun rendahnya kesadaran masyarakat membuat cakupan imunisasi belum optimal.

“Temuan kasus yang meningkat justru menunjukkan tim surveilans bekerja baik karena mampu mendeteksi. Tetapi masalah utamanya tetap pada kesadaran masyarakat,” pungkasnya. (*/)