JAKARTA, TIMIKAEXPRESS.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sektor pertambangan dan penggalian menjadi satu-satunya lapangan usaha yang mengalami kontraksi pada triwulan III tahun 2025, dengan pertumbuhan minus 1,98 persen secara tahunan (year on year/yoy).

“Betul bahwa lapangan usaha kategori pertambangan dan penggalian pertumbuhannya negatif,” ujar Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (5/11).

Edy menjelaskan, kontraksi sektor pertambangan terutama disebabkan oleh penurunan kinerja subsektor minyak dan gas bumi (migas), batu bara, serta bijih logam.

“Pertambangan batu bara terkontraksi 7,29 persen karena permintaan global menurun. Data ekspor batu bara kita juga menunjukkan tren negatif,” ungkapnya.

Selain batu bara, pertambangan bijih logam turut turun sebesar 3,19 persen, dipengaruhi oleh berkurangnya produksi bijih tembaga dan emas, terutama di Papua.
“Utamanya bijih tembaga dan emas, terutama di Papua. Sepertinya ini terkait Freeport. Ada beberapa kondisi kahar yang menyebabkan turunnya produksi,” jelas Edy.

Meski sektor pertambangan melemah, BPS mencatat sebagian besar lapangan usaha lain tumbuh positif pada periode yang sama.
Sektor industri pengolahan tetap menjadi penyumbang terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB), dengan kontribusi 19,15 persen dan sumber pertumbuhan 1,13 persen.

Pertumbuhan tertinggi tercatat pada lapangan usaha jasa pendidikan yang naik 10,59 persen (yoy), seiring dimulainya tahun ajaran baru dan meningkatnya belanja fungsi pendidikan.

Dari sisi pengeluaran, seluruh komponen juga mengalami pertumbuhan positif. Konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama PDB dengan kontribusi 53,14 persen, tumbuh 4,89 persen pada triwulan III 2025.

Adapun komponen ekspor mencatat pertumbuhan tertinggi, yakni 9,91 persen (yoy), didorong oleh peningkatan nilai dan volume ekspor barang nonmigas serta jasa.

Secara keseluruhan, perekonomian Indonesia tumbuh 5,04 persen (yoy) pada triwulan III 2025, dengan PDB atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp3.444,8 triliun, naik dari Rp3.279,5 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Secara kuartalan (qtq) ekonomi tumbuh 1,43 persen, dan secara kumulatif (ctc) sepanjang Januari–September 2025 tumbuh 5,01 persen. (ant)