TIMIKAEXPRESS.id – Di sebuah ruangan sederhana di Jalur 3, SP1, Kelurahan Kamoro Jaya, Mimika, Rabu (24/9), suasana hangat terasa. Meja kayu tersusun rapi, kursi-kursi plastik penuh oleh wajah-wajah yang datang dengan harapan.
Di sinilah sebuah cerita baru lahir: pembentukan Pokja program kampung oleh Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK).
Sejak lima tahun terakhir, YPMAK menjadi jembatan pengelolaan dana kemitraan PT Freeport Indonesia untuk masyarakat Amungme dan Kamoro.
Melalui Divisi Perencanaan Program Sosial Ekonomi, mereka terus memperkuat Kelompok Kerja (Pokja) di kampung-kampung, dari pesisir hingga pegunungan Mimika.
Kali ini giliran SP1. Di hadapan aparat kampung, tokoh adat, tokoh perempuan, pemuda, dan tokoh agama, lima nama terpilih menjadi pengurus Pokja. Mereka menandatangani perjanjian kerja sama (PKS) bukan hanya di atas kertas, tapi di atas harapan warganya.
“Pokja di SP1 ini sudah dibentuk dan hari ini mereka tanda tangan kontrak. Mereka langsung tentukan programnya,” kata Oktovian Jangkup, Kepala Divisi Perencanaan Program Sosial Ekonomi YPMAK, penuh semangat.
Program yang lahir dari musyawarah masyarakat itu sederhana tapi penting: kebersihan lingkungan. YPMAK pun berjanji akan segera mencairkan dana agar program bisa segera berjalan.
Tim monitoring akan turun memantau, laporan pertanggungjawaban pun wajib dibuat.
Di luar ruangan, Lurah Kamoro Jaya, Musdhalifa, tersenyum lega. Baginya, pembentukan Pokja ini lebih dari sekadar formalitas.
“Ini dukungan yang sangat baik bagi pemerintah dan manfaatnya dirasakan masyarakat. Kami berharap Pokja segera menyusun rencana kerja dan melaporkannya dengan baik ke YPMAK,” ujarnya.
Pokja ini hanya satu titik kecil dari peta besar pemberdayaan masyarakat di Mimika.
Tapi titik kecil ini penting. Ia menjadi ruang belajar bersama: bagaimana masyarakat bisa merancang programnya sendiri, mengelola dana, lalu mempertanggungjawabkannya.
Di kampung-kampung Mimika yang multikultur, cerita seperti ini menunjukkan satu hal: perubahan tak selalu datang dari gedung besar atau proyek megah.
Kadang ia dimulai dari sebuah meja, beberapa kursi, dan sekelompok orang yang percaya, mereka bisa membuat kampungnya lebih baik.
Bagi YPMAK, pembentukan Pokja Kampung bukan sekadar menjalankan program kemitraan.
Ia adalah investasi pada manusia. Pada aparat kampung, tokoh adat, perempuan, pemuda—pada orang-orang yang selama ini menjaga nadi kehidupan Mimika.
Mungkin bagi orang luar, program kebersihan lingkungan terlihat sederhana.
Tapi bagi warga SP1, itu berarti jalan lebih bersih, anak-anak bermain tanpa sampah berserakan, dan kesadaran kolektif untuk menjaga tanah mereka.
Dari kampung untuk kampung. Dari orang Mimika untuk Mimika. Seperti kata Musdhalifa sebelum meninggalkan ruangan:
“Mari kita bekerja bersama supaya program Pokja ini berhasil. Karena ini kepercayaan yang harus dijalankan dengan maksimal,” serunya. Di Mimika, kepercayaan seperti ini adalah modal paling berharga. (via)
Tinggalkan Balasan