TIMIKAEXPRESS.id – Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, akibat keterlambatan kapal tanker pengangkut BBM ke depot Jober Pertamina, berdampak pada pembatasan distribusi ke sejumlah SPBU.
Kondisi ini memicu antrean panjang kendaraan di berbagai SPBU di Kota Timika. Sejumlah pengendara akhirnya terpaksa membeli BBM dari penjual eceran dan pertamini, meskipun dengan harga tinggi dan takaran yang diragukan.
Pantauan di lapangan, harga BBM jenis Pertalite di beberapa pertamini di kawasan Jalan Cenderawasih dijual hingga Rp25.000 per liter, jauh di atas harga eceran resmi. Bahkan, pengisian dibatasi maksimal hanya Rp30 ribu per kendaraan.
Selain dijual secara sembunyi-sembunyi, takaran di pertamini juga tidak sesuai standar. Praktik ini merugikan masyarakat, namun masih dianggap sebagai solusi darurat di tengah kelangkaan BBM.
Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kabupaten Mimika, Luky Mahakena, mendesak pemerintah daerah dan aparat terkait untuk menertibkan pertamini ilegal yang menjual BBM bersubsidi tanpa izin resmi.
“Sudah saatnya pemerintah tegas. Jangan biarkan pertamini menimbun BBM. Harus ada pengawasan lintas OPD di SPBU agar tidak terjadi penyelewengan,” tegas Luky.
Ia juga menyoroti praktik oknum pelaku usaha pertamini yang memodifikasi tangki kendaraan untuk membeli BBM dalam jumlah besar, lalu menjual kembali dengan harga tinggi.
Antrean Mengular di SPBU
Pembatasan kuota BBM ke SPBU mengakibatkan antrean kendaraan memanjang sejak pagi hari. Seperti terlihat di SPBU Nawaripi dan SP2, Senin (6/10), ratusan kendaraan mengantre sejak pukul 06.00 WIT.
Warga bernama Ali, yang mengantre di SPBU 84.999.01 Nawaripi, mengaku memilih antre karena harga BBM eceran terlalu mahal.
“Saya pilih antre. Kalau beli eceran bisa Rp30 ribu per liter,” ujarnya.
Pertamina Tambah Pasokan
Sales Branch Manager Pertamina Patra Niaga Rayon II Papua Tengah, Junaedi Kala, mengatakan bahwa pihaknya telah menambah pasokan Pertalite dan Biosolar ke SPBU di Kota Timika sejak Senin (6/10).
Menurutnya, kelangkaan terjadi akibat keterlambatan distribusi dari kapal akibat cuaca ekstrem, namun kini pasokan sudah mulai stabil. (*/)
- Penulis: Gren
- Editor : Maurits Sadipun
Tinggalkan Balasan