Tom Beanal, Sang Torei Negel Berpulang
TIMIKA, TimeX
Duka menyelimuti seluruh masyarakat Papua Kabupaten Mimika. Torei Negel Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (Lemasa), Thom Beanal, dikabarkan tutup usia di Rumah Sakit Elisabeth, Singapore, Senin (29/5), sekitar pukul 14.05 waktu setempat.
Thom Beanal merupakan tokoh yang menyuarakan suara rakyat Papua dan begitu mencintai kedamaian untuk tanah Papua.
Pengkultusan Torei Negel diberikan oleh masyarakat suku Amungme berdasarkan perjuangan panjang mendiang Tom Beanal untuk mengangkat harga diri, martabat serta hak-hak dasar masyarakat adat Amungme dalam honai adat Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (Lemasa).
Tidak hanya itu, Tom Beanal juga merupakan seorang politikus, aktivis atau pejuang Gerakan Papua di bidang politik (GSP/P).
Semasa hidup, ia pun menjabat sebagai Ketua Presidium Dewan Papua.
Kala itu, ia bersama Thaha Alhamid, Socrates Sofyan Yoman, Willy Mandowen, dan Terrianus Yoku juga pernah ke Amerika Serikat untuk melobi Kongres AS dan PBB agar sejarah Papua diluruskan dan diadakan referendum untuk menentukan nasib sendiri bagi rakyat Papua.
Kabar duka menyusul ungkapan duka cita memenuhi berbagai platform media sosial. Selain dokumentasi foto Tom Beanal semasa hidup bersama tokoh penting di Indonesia, juga untaian kata mengenang Tom Beanal, sosok humble juga kharismatik ini.
Wilhelmus Pigai, Ketua Komisi Informasi Provinsi (KIP) Papua dalam sebuah WhatsApp Group (WAG) Eme Neme Yauware yang dikutip Timika eXpress, Senin malam, menulis, kabar duka meninggalnya Tom Beanal di Rumah Sakit Santa Elisabeth Singapura diterimanya pukul 16.05 WIT.
“Saya sungguh kehilangan sosok seorang ayah, orangtua dan sosok panutan semasa hidupnya. Banyak nasehat dan teladan hidup kami terima dari almarhum,” ujar Wilhelmus Pigai.
Tom Beanal adalah sosok pemimpin yang memperjuangankan pengakuan atas martabat dan harga diri manusia Amungme, juga tokoh dan pejuang keadilan dan perdamaian ( justice and peace) di atas tanah Papua. Banyak hal sudah beliau kerjakan sebagai bentuk perhatian dan cinta yang tulus bagi daerah dan masyarakat tanah Papua. Selamat jalan menuju rumah Bapa di surga. Amoleh Nerek Aingkopkianul,” ujar Wilhelmus Pigai.
Ia menambahkan, Tom Beanal adalah lulusan Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Fajar Timur, Abepura, Papua.
Semasa hidup, Tom Beanal adalah tokoh dan pemimpin besar yang aktif memberdayakan masyarakat asli Papua.
Ia juga aktif memberdayakan masyarakat lokal melalui Lembaga Masyarakat Adat Amungme (Lemasa), termasuk mengadvokasi berbagai pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi di tanah Papua, teristimewa masyarakat Amungsa.
“Selamat jalan bapak Bangsa Papua, Bapak Tom Beanal. Sejarah tanah Ini akan mencatat seorang hebat, jujur dan bicara dengan santun,dan berwibawa. Selamat jalan Bapak Tom beanal, sang inspirator perjuangan hak masyarakat adat Papua. Terima kasih sudah banyak mengajarkan kami tentang perjuangan tanpa kekerasan,” ujar John NR Gobai yang juga Anggota DPR Papua.
Sementara itu, Menuel Jhon Magal, Negawan Lemasa juga menceritakan hal yang sama. Ia menyampaikan saat ini keluarga besar suku Amungme dan warga Papua umumnya sangat kehilangan seorang pejuang harkat dan martabat manusia Papua tersebut.
Thom Beanal merupakan pejuang yang tidak menginginkan adanya kekerasan, akan tetapi yang diinginkan adalah perdamaian.
“Hari ini masyarakat Amungme dan Tanah Papua sangat berduka dan kehilangan. Beliau (Thom, red) pejuang bagi masyarakat Amungme dan Papua. Dia selalu berpesan bahwa kita ini tidak punya senjata, jadi kita jangan berjuang pakai kekerasan, tetapi dengan perdamaian,” ungkap Jhon saat ditemui Timika eXpress, Senin (29/5)
Jhon menceritakan sedikit perjalanan salah satu tetuah itu, selain itu, Thom Beanal merupakan Komisaris PT Freeport Indonesia dan Toroi Negel Lemasa.
Bukan hanya berjuang untuk suku Amungme, Thom Beanal juga sebagai salah satu sosok yang ikut berjuang menghentikan kekerasan militer di Timika dan mengajukan gugatan ke PTFI dengan tuduhan pelanggaran HAM dan pengerusakan lingkungan di Pengadilan Federal, Lusiana Amerika Serikat.
“Perjuangan yang sangat luar biasa. Menjadikan Amungeme keluar dari kekerasan. Perjuangan itu sampai saat ini terkenal dan jadi motto Lemasa, dalam bahasa Amungme “mea im awal imie, me-e ati anten” yang artinya kita lakukan segala sesuatu sebagaimana yang manusia lakukan supaya orang lain juga mengakui kita sebagai manusia dan tidak lagi diperlakukan sewenang-wenang,” jelasnya.
Dengan motto tersebut, Thom memperjuangkan harkat dan martabat suku Amungme serta mencari keadilan dan kebenaran melalui Lemasa. Dia juga dikenal sebagai “Bapak Bangsa Papua”, karena perjuangannya hingga menjadi Ketua Dewan Adat Papua, salah satu Ketua Tim 100 yang pernah datangi Istana Presiden guna mencari keadilan untuk Papua.
Selain memperjuangkan reformasi di bidang hukum, almarhum juga sangat gigih memperjuangkan kesejahteraan bidang sosial dan budaya. Almarhum pun merupakan salah satu yang memimpin kongres Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Aman).
Dengan berdirinya Lemasa, terbitnya Dewan Adat Papua, penyelenggaraan Kongres ke-2. Sangat banyak hal yang dilakukan dan memberikan dampak reformasi di bidang hukum. Yang sebelumnya HAM itu tidak terlalu ditegakkan, tapi dengan munculnya Thom Beanal, maka muncul UU Nomor 39 Tahun 1999. Muncul juga Peraturan Pemerintah Agraria dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 1999. Pengakuan terhadap pemegang hak ulayat juga muncul atas perjuangan Thom Beanal.
Jhon juga mengharapkan saat ini taruna-taruna Amungme dan Papua umunya bisa melanjutkan perjuangan almarhum.
“Kami di Lemasa akan terus perjuangkan apa yang sudah almarhum perjuangkan selama ini,” tuturnya.
Sementara itu, terkait dengan penanganan jenazah almarhum, pasalnya, hingga pukul 20.30 WIT, belum ada kesepakatan antar keluarga dan warga Amungme.
Jenazah alamarhum masih di Singapore dan diperkirakan besok atau lusa tiba di Papua.
“Jadi belum ada pertemuan untuk menentukan rumah dukanya di mana tapi kami harap bisa memberikan yang terbaik sebagai bentuk ucapan terima kasih kami kepada bapa kami tetuah kami bapa Thom Beanal,” tutupnya. (vis/ine)