Berita Timika

Pemkab Mimika Sosialisasi Kampung Peduli Anak Terlantar

TABUH TIFA – Petrus Yumte, Pj. Sekda Mimika didampingi Jenni Padallingan selaku Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial pada Dinsos Mimika menabuh tifa tanda dimulainya kegiatan pada Kamis (18/7). (FOTO: YOSEF/TIMEX)

TIMIKAEXPRESS.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika melalui Dinas Sosial (Dinsos) menggelar Sosialisasi Kampung dan Kelurahan Peduli Anak Terlantar di Mimika.

Kegiatan berlangsung di Hotel Grand Tembaga pada  Kamis (18/7), dibuka oleh Petrus Yumte, Pj. Sekda Mimika.

Hadir saat  itu, para kepala distrik, kepala kampong, para lurah dari enam distrik dalam kota, serta para pendamping PKH, TKSK di Mimika.

Sosialisasi ini bertujuan untuk menyamakan persepsi serta aksi para pemangku kepentingan dalam melakukan pemantauan terhadap pemeliharaan anak terlantar, serta terlaksananya koordinasi lintas sektor dalam pemantauan terhadap pelaksanaan pemeliharaan anak terlantar melalui Kampung Peduli Anak Terlantar.

Jenni Padallingan, Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial pada Dinsos Mimika dalam laporannya mengatakan, untuk memajukan kesejahteraan umum, pemerintah bertanggungjawab memberikan hak-hak kepada seluruh warga negaranya yang mengalami masalah social, yakni masyarakat miskin dan anak terlantar seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945.

Untuk itu, diperlukan kebijakan dan program perlindungan sosial yang terpadu dan berkelanjutan, sehingga dapat menjangkau seluruh masyarakat yang bermasalah sosial.

Tentunya melalui suatu sistem pelayanan sosial yang dirancang secara professional dengan mengedepankan peran serta tanggungjawab keluarga dan masyarakat.

Ia menjelaskan, penyelesaian masalah sosial dalam masyarakat tidak bisa terlepas dari dukungan berbagai pihak.

“Untuk keluar dari masalah sosial, diperlukan dukungan keluarga dan masyarakat, namun dalam kenyataannya masih ada keluarga yang kurang mendukung, dalam arti setelah pengembalian kepada keluarga, tidak berapa lama masalah sosial kembali terjadi, ini dikarenakan kurangnya penguatan, pendampingan dan kurangnya pembinaan yang diberikan kepada keluarga. Saya contohkan seperti penanganan ODGJ,” ujarnya.

Kata Jenni, secara menyeluruh, penguatan dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat yang berkewajiban untuk menghormati, melindungi dan mengupayakan intervensi terhadap masalah sosial yang terjadi.

Sementara itu, Petrus Yumte, Pj. Sekda Mimika dalam sambutannya, mengatakan pemerintah setempat pada tahun ini berkomitmen meningkatkan kesejahteraan sosial bagi anak anak terlantar, anak jalanan dan anak yang tidak mendapatkan pengasuhan yang layak.

Keberadaan anak putus sekolah, anak jalanan atau anak dengan problem kenakalan remaja di lingkungan masyarakat terkadang menjadi beban sosial.

Bahkan tidak jarang kebanyakan orang memandang sinis keberadaan mereka.

“Namun keberadaan mereka di Kabupaten Mimika mendapat perhatian khusus dari pemerintah setempat dengan mendirikan Kampung Peduli Anak Terlantar, di mana setiap anak berhak meraih mimpi,” jelasnya.

Ia menyebut, kampung peduli anak adalah konsep pembangunan masyarakat yang berfokus pada perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak.

Konsep ini melibatkan partisipasi aktif anak-anak, keluarga, dan masyarakat dalam memastikan kehidupan yang sehat dan aman bagi mereka (anak-anak).

Kampung peduli anak mencakup aspek-aspek penting seperti pendidikan, kesehatan, keamanan, peran keluarga, dan partisipasi anak-anak dalam pengambilan keputusan.

Konsep ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan anak-anak dan melindungi mereka dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi, dan penelantaran.

“Kampung peduli anak sangat penting, karena anak-anak adalah aset berharga bagi masyarakat. Mereka adalah generasi penerus yang akan membentuk masa depan. Menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung anak-anak adalah tanggung jawab bersama. Ini guna memastikan bahwa mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal,” ungkapnya.

Selain itu, melalui kampung peduli anak, anak-anak memiliki akses pendidikan yang berkualitas, pelayanan kesehatan yang memadai, dan lingkungan yang bebas dari kekerasan.

“Mereka juga didorong untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka sendiri. Dengan memastikan hak-hak anak terpenuhi,” ujarnya.

Dikatakan pula, kampung peduli anak dapat menciptakan generasi yang lebih kuat dan berdaya saing.

Pasalnya, untuk mewujudkan kampung peduli anak diperlukan kerja sama lintas sektor, lintas program serta aksi nyata dari masing-masing pihak yang terlibat agar mewujudkan kesejahteraan sosial bagi anak terlantar atau anak yang tidak mendapatkan pengasuhan yang layak di Mimika. (acm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button